LAPORAN WAWANCARA
I. Identitas Narasumber
Nama : Mujianto
Umur : 52 tahun
Alamat : Desa Kepuh, Kecamatan
Boyolangu, Kabupaten Tulungagung
II. Identitas Wartawan
Nama : Tania Pramayuani
Kelas : XII IPA 3
No :
35
III. Hasil Wawancara
Tekuni Produksi Sepatu Manual, Profit pun Datang
Sekitar pukul 14.00 wib (10/3) kemarin, suasana rumah Bapak Mujianto (52
tahun), Desa Kepuh tampak ramai seperti biasanya. Hal tersebut dikarenakan
rutinitas Beliau sebagai produsen sepatu lokal. Dalam memproduksi produknya,
Beliau dibantu oleh karyawan yang berjumlah lima orang. Tak tanggung-tanggung
Beliau menjelaskan tentang produknya kepada wartawan. Beliau menjelaskan bahwa
usaha toko sepatu yang tengah dijalani ini mulai berdiri sejak 1986 dan dengan
modal awal Rp 200.000,00.
Pada 1981, Bapak Mujianto bekerja disebuah pabrik sepatu ternama di
Surabaya. Dari sanalah muncul inisiatif untuk membuka toko sepatu sendiri.
Sebenarnya tak hanya memproduksi sepatu saja, namun juga memproduksi sandal dan
sabuk. Selain itu, Beliau juga melayani pemesanan dan pembetulan sepatu. Semua
produk buatannya menggunakan kulit asli. Dan kelebihan lain dari produksinya
adalah penerimaan komplain dari para konsumen. “ Jika konsumen merasa kurang
puas dengan produk saya, konsumen dapat mengembalikan barang tersebut tanpa
dibungut biaya” tuturnya.
Proses pembuatan sepatu dimulai dari proses membuat mal (cetakan), membuat
kerangka, membuat kap serta membuat solnya. Dari keempat proses tersebut, Bapak
Mujianto mengaku bahwa proses tersulit dari keempat proses adalah proses
pembuatan kap sepatu. Karena dalam proses itu membutuhkuan kecermatan khusus.
Dalam sehari proses produksi ini dimulai dari pukul 07.00 - 16.00 wib. Sepatu
yang mampu diproduksi dalam sehari antara 4-6 pasang. Keseluruhan proses
dilakukan secara manual, namun kualitas produk tak kalah saing dengan produksi
mesin lainnya.
Harga sepatu yang dijual rata-rata
antara Rp 120.000,00 - Rp 170.000,00, harga sabuk Rp 65.000,00 dan harga sandal
kulit Rp 70.000,00 - Rp 120.000,00. Kendati pendistibusian produk hanya
dilakukan di rumah, usaha Bapak Mujianto kian hari kian meningkat. Omset
perbulan yang didapat sekitar Rp 2.500.000,00. Dalam menggaji karyawan,
biasanya dilakukan seminggu sekali. Namun gaji tersebut dapat diambil perhari sesuai
dengan ketrampilan masing-masing karyawan.
IV. Foto Dokumentasi

![]() |
![]() |
||
Membuat Paragraf Persuatif dan Paragraf Diskriptif
v Paragraf Persuatif
Semakin hari kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan kian
menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan masyarakat zaman sekarang
yang kian acuh terhadap lingkungan. Misalnya saja dilihat dari pola anak-anak
yang membuang sampah sembarangan saat selesai jajan. Di sekolah, ada peraturan
tentang larangan membuang sampah sembarangan. Sampah harus dibuang di tempat
sampah. Dan jika mengetahui ada temannya yang membuang sampah sembarangan, maka
mereka harus menegurnya. Jika tetap tidak dapat ditegur, maka sanksi pun yang
akan diterima. Begitulah aturan-aturan yang biasanya diterapkan di lingkunngan
sekolah. Namun hal demikian hanyalah formalitas belaka bagi mereka yang tidak
sungguh-sunnguh memahami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Padahal, tanpa disadari lingkungan berperan penting dalam membentuk kesehatan
seseorang. Dapat dipastikan juga, lingkungan yang tidak sehat akan menjadikan
sumber penyakit. Oleh kaena itu, sedari dini mungkin pahamilah tentang menjaga
kebersihan lingkungan. Lihatlah kerugian yang akan dialami jika mengacuhkan
lingkungan. Ayo, gerakkan semangan cinta lingkungan dan implementasikan manfaat
dari mempelajari “Pelajaran Lingkungan Hidup”.
v Paragraf Diskritif
Pagi itu adalah pagi yang terasa dingin dan tidak juga terasa panas. Sisa-sisa
air hujan masih menempel di dedaunan depan rumahku. Butiran air hujan yang
tersisa di atas dedaunan menetes dari ujung daun membasahi tanah yang dari
awalnya basah karena hujan semalam. Embun pagi yang turut memeriahkan suasana
ini tak mau kalah saing dengan sisa air hujan. Embun menutupi jalan-jalan
seolah sinar mentari enggan untuk menyelinap di kedalam suasana pagi. Kicauan
burung ternyata tak mau kalah juga. Burung-burung berterbangan di halaman
rumahku. Badannya yang mungil, dilengkapi dengan sayap yang berwarna kuning
kecoklatan menambah indah jika dilihat mata. Suaranya seolah membangunkan
manusia yang masih tidur dan mengajaknya untuk menikmati suasana pagi itu. Ayam
pun juga berkokok membangunkan manusia dan sang mentari perlahan-lahan memancarkan
sinarnya serta mulai menjajaki semesta. Sang embun pun ketakutan dan perlahan
menghilang diikuti oleh hilangnya sisa air hujan di atas dedaunan. Pagi pun
menjadi cerah berseri dan lingkungan rumahku menjadi nyaman ditempati.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar