Minggu, 30 Oktober 2016

wawancara



LAPORAN WAWANCARA



I. Identitas Narasumber
Nama                       : Mujianto
Umur                       : 52 tahun
Alamat        : Desa Kepuh, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung

II. Identitas Wartawan
Nama                       : Tania Pramayuani
Kelas                       : XII IPA 3
No               : 35

III. Hasil Wawancara


Tekuni Produksi Sepatu Manual, Profit pun Datang

Sekitar pukul 14.00 wib (10/3) kemarin, suasana rumah Bapak Mujianto (52 tahun), Desa Kepuh tampak ramai seperti biasanya. Hal tersebut dikarenakan rutinitas Beliau sebagai produsen sepatu lokal. Dalam memproduksi produknya, Beliau dibantu oleh karyawan yang berjumlah lima orang. Tak tanggung-tanggung Beliau menjelaskan tentang produknya kepada wartawan. Beliau menjelaskan bahwa usaha toko sepatu yang tengah dijalani ini mulai berdiri sejak 1986 dan dengan modal awal Rp 200.000,00.
Pada 1981, Bapak Mujianto bekerja disebuah pabrik sepatu ternama di Surabaya. Dari sanalah muncul inisiatif untuk membuka toko sepatu sendiri. Sebenarnya tak hanya memproduksi sepatu saja, namun juga memproduksi sandal dan sabuk. Selain itu, Beliau juga melayani pemesanan dan pembetulan sepatu. Semua produk buatannya menggunakan kulit asli. Dan kelebihan lain dari produksinya adalah penerimaan komplain dari para konsumen. “ Jika konsumen merasa kurang puas dengan produk saya, konsumen dapat mengembalikan barang tersebut tanpa dibungut biaya” tuturnya.
Proses pembuatan sepatu dimulai dari proses membuat mal (cetakan), membuat kerangka, membuat kap serta membuat solnya. Dari keempat proses tersebut, Bapak Mujianto mengaku bahwa proses tersulit dari keempat proses adalah proses pembuatan kap sepatu. Karena dalam proses itu membutuhkuan kecermatan khusus. Dalam sehari proses produksi ini dimulai dari pukul 07.00 - 16.00 wib. Sepatu yang mampu diproduksi dalam sehari antara 4-6 pasang. Keseluruhan proses dilakukan secara manual, namun kualitas produk tak kalah saing dengan produksi mesin lainnya.
 Harga sepatu yang dijual rata-rata antara Rp 120.000,00 - Rp 170.000,00, harga sabuk Rp 65.000,00 dan harga sandal kulit Rp 70.000,00 - Rp 120.000,00. Kendati pendistibusian produk hanya dilakukan di rumah, usaha Bapak Mujianto kian hari kian meningkat. Omset perbulan yang didapat sekitar Rp 2.500.000,00. Dalam menggaji karyawan, biasanya dilakukan seminggu sekali. Namun gaji tersebut dapat diambil perhari sesuai dengan ketrampilan masing-masing karyawan.





IV. Foto Dokumentasi

                                                                           
 















                               























 















Membuat Paragraf Persuatif dan Paragraf Diskriptif

v  Paragraf Persuatif

Semakin hari kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan kian menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan masyarakat zaman sekarang yang kian acuh terhadap lingkungan. Misalnya saja dilihat dari pola anak-anak yang membuang sampah sembarangan saat selesai jajan. Di sekolah, ada peraturan tentang larangan membuang sampah sembarangan. Sampah harus dibuang di tempat sampah. Dan jika mengetahui ada temannya yang membuang sampah sembarangan, maka mereka harus menegurnya. Jika tetap tidak dapat ditegur, maka sanksi pun yang akan diterima. Begitulah aturan-aturan yang biasanya diterapkan di lingkunngan sekolah. Namun hal demikian hanyalah formalitas belaka bagi mereka yang tidak sungguh-sunnguh memahami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Padahal, tanpa disadari lingkungan berperan penting dalam membentuk kesehatan seseorang. Dapat dipastikan juga, lingkungan yang tidak sehat akan menjadikan sumber penyakit. Oleh kaena itu, sedari dini mungkin pahamilah tentang menjaga kebersihan lingkungan. Lihatlah kerugian yang akan dialami jika mengacuhkan lingkungan. Ayo, gerakkan semangan cinta lingkungan dan implementasikan manfaat dari mempelajari “Pelajaran Lingkungan Hidup”.


v  Paragraf Diskritif

Pagi itu adalah pagi yang terasa dingin dan tidak juga terasa panas. Sisa-sisa air hujan masih menempel di dedaunan depan rumahku. Butiran air hujan yang tersisa di atas dedaunan menetes dari ujung daun membasahi tanah yang dari awalnya basah karena hujan semalam. Embun pagi yang turut memeriahkan suasana ini tak mau kalah saing dengan sisa air hujan. Embun menutupi jalan-jalan seolah sinar mentari enggan untuk menyelinap di kedalam suasana pagi. Kicauan burung ternyata tak mau kalah juga. Burung-burung berterbangan di halaman rumahku. Badannya yang mungil, dilengkapi dengan sayap yang berwarna kuning kecoklatan menambah indah jika dilihat mata. Suaranya seolah membangunkan manusia yang masih tidur dan mengajaknya untuk menikmati suasana pagi itu. Ayam pun juga berkokok membangunkan manusia dan sang mentari perlahan-lahan memancarkan sinarnya serta mulai menjajaki semesta. Sang embun pun ketakutan dan perlahan menghilang diikuti oleh hilangnya sisa air hujan di atas dedaunan. Pagi pun menjadi cerah berseri dan lingkungan rumahku menjadi nyaman ditempati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar