Minggu, 30 Oktober 2016

psikologi umum



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Intelegensi merupakan salah satu bahasan dalam ilmu psikologi. Intelegensi erat kaitannya dengan konsep berpikir. Bahkan makna intelegensi sering diartikan sebagai suatu proses berfikir. Intelegensi sering juga dianalogikan sebagai suatu yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang dengan mengaikatnya pada istilah IQ. Padahal kesuksesan seorang bukan semata ditentukan oleh IQ. Ada EQ dan SQ yang turut andil dalam pembentukan kesuksesan seseorang.
Adanya midset tentang intelegensi menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang menjadikan intelengensi sebagai salah satu probelem seseorang. Seseorang akan pesimis jika membicarakan masalah intelegensi dan masalah berfikir. Padahal sebelum membicarakan tentanng berfikir dan intelegensi diperlukan suatu pemahaman tentang apa itu berfikir dan intelegensi. Tentu antara keduanya mempunyai makna yang berbeda. Lebih lanjut tentang apa itu intelegensi dan berfikir akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian berpikir dan intelegensi?
2.        Faktor apa saja yang mempengaruhi berpikir dan intelegensi ?
3.        Bagaimana proses terjadinya berpikir dan intelegensi ?
4.        Apa saja macam-macam dan bentuk-bentuk berpikir dan intelegensi ?
5.        Apa saja tingkatan berpikir ?
6.        Bagaimana hubungan antara berpikir dengan intelegensi ?
7.        Apa persamaan dan perbedaan berpikir dengan intelegensi ?
C. Tujuan
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai berikut :
1.      untuk memenuhi tugas sebagai nilai UTS ( Ulangan Tengah Semester )
2.      sebagai catatan kecil mengenai pembelajaran kami tentang bab berpikir dan intelegensi. Agar mahasiswa/i lain mampu memahami apa itu berpikir, apa itu intelegensi, dan apa persamaan serta perbedaannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Berpikir
1.         Pengertian Berfikir
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak[1]. Ahli-ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan ketika subjek berpikir pasif. Sedangkan Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Pernyataan ini mengungkapkan dua kenyataan, yakni[2] :
a)Berpikir adalah aktivitas, jadi subjek yang dipikir itu aktif.
b)Aktivitas bersifat ideasional, berpikir menggunakan ide-ide
2.   Proses terjadinya Berpikir[3]
a)      Pembentukan pengertian , artinya dari satu masalah , pikiran kita membuang ciri ciri tambahan , sehingga tinggal ciri ciri yang tipis (yang tidak boleh ada) pada masalah itu.
Pembentukanya ada 3 macam pengertian ,yaitu :
1)   Pengertian pengalaman ,Artinya : pengertian ini terbentuk dari pengalaman pengalaman yasng berturut turut.misalnya : terbentuknya pengertian kursi.
2)   Pengertian kepercayaan,Artinya : pengertian itu terbentuk nya malalui dari kepercayaan.Bukan  karena apa apa dan tidak pernah dialami. Misalnya pengertian tentang tuhan , neraka dan surga.
3)   Pengertian Logis ,Artinya  pengertian terbentuk dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Pengertian ini terjadi dengan jalan :
b)      Menganalisa .misalnya pengertian tentang manusia ,adalah analisa dari makhluk.yaitu makhluk yang berfikir.
c)      Menbanding-bandingkan .misalnya pengertian anak yang kurus dengan anak yang gemuk.
d)     Memujaratkan.misalnya pemikiran sesuatu yang nyata di tambah atau di kurangi,sehingga menjadi abstrak

Pembentukan pendapat ;artinya pikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa pengertian.yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
Pembentukan keputusan ; artinya pikiran kita  menggabungkan pendapat pendapat tersebut.
Pembentukan kesimpulan ; artinya pikiran kita menrik keputusan dari keputusan keputusan yang lain.
3.      Macam-macam Berpikir[4]
Macam-macam berpikir dibagi menjadi dua yaitu dari segi bentuk dan tingkatan-tingkatan, Bentuk-bentuk dalam berpikir :
Berpikir dengan pengalaman ( routine thinking )
Dalam bentuk berpikir ini kita banyak giat mnghimpun berbagai pengalaman, dari pengalaman, dan berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita hadapi. Kadang-kadang satu pengalaman dipercaya atau dilengkapi oleh pengalaman-pengalaman lainnya.
a). .Berpikir Representatif
Dengan berpikir representatif, kita sangat bergantung pada igatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja. Ingatan dan tanggapan ini kita gunakan untuk mengatasi masalah yang kita hadapi.
b)Berpikir Kreatif
Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yang baru, menghasilkan penemuan-penemuan baru. Kalua kegiatan berpikir kita untuk menghasilkan sesuatu dengan metode-metode yang telah dikenal, maka dikatakan berpikir produktif bukan kreatif.
c).Berpikir Reproduktif
Dengan berpikir ini, kita idak menghasilkan sesuatu yang baru tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
d).Berpikir Rasional
Untuk menghadapi satu situasi dan memeahkan masalah digunakan cara-cara berpikir logis. Untk berpikir ini tidak hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah ada, melainkan dengan keaktifan akal kita untuk memecahkan masalah.

Tingkatan-tingkatan Berpikir[5] :

Aktifitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah. Gejala berpikir tidak berdiri sendiri, dalam aktivitasnya membutuhkan bantuan dari gejala jiwa yang lain, misalnya : pengamatan, tanggapan, ingatan dan sebagainya.
Aktifitas berpikir sendiri adalah abstrak. Namun demikian dalam praktek sering kita jumpai bahwa tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan secara abstrak. Dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat pelik, kadang-kadang kita membutuhkan supaya persoalan yang kita hadapi menjadi lebih konkrit. Sehubungan dengan ini memang ada beberapa tingkatan berpikir :
1.Berpikir Konkrit
Dalam tingkatan ini  kegiatan berpikir masih memerlukan situasi-situasi yang nyata/kongkrit. Berpikir membutuhkan pengertian sedangkan pengertian yang diperlukan pada tingkat ini adalah pengertian yang konkrit. Tingkat berpikir ini pada umumnya dimiliki oleh anak-anak kecil. Seharusnya pada masa ini pelajaran disajikan secara langsung.
2.Berpikir Skematis
Sebelum meningkat kepada bagian yang abstrak, memecahkan masalah dibantu dengan penyajian bahan-bahan, skema-skema, coret-coretan, diagram, symbol dan sebagainya. Walaupun pada tingkat ini kita tidak berhadapan dengan situasi nyata/konkrit, tetapi dengan pertolongan bagan-bagan, coret-coret ini dapat memperlihatkan hubungan persoalan yang satu dengan yang lain.
3.Berpikir Abstrak
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak berwujud. Akal pikiran kita bergerak bebas dalam alam abstrak. Baik ketika situasi nyata maupun bagan-bagan/symbol-simbol/gambar-gambar skematis tidak membantunya. Namun tidak berarti bahwa gejala pikiran berdiri sendiri, melainkan tanggapan, ingatan, membantunya. Disamping itu kecerdasan pikir sendirilah yang berperan memecahkan masalah. Maka tingkatan ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang dewasa biasanya telah memiliki kemampuan berpikir ini.
Kemampuan berpikir manusia selalu mengalami perkembangan, seperti yang diterangkan diatas. Pada anak-anak masih tingkat konkrit. Makin maju perkembangan psikisnya kemampuan berpikir berkembang, meningkat pada hal-hal yang agak abstrak, yakni tingkat skematis. Semakin lama berkembanglah kemampuan berpikirnya hingga mencapai tingkat abstraksi.
Adapula yang menyatakan, secara garis besar, ada dua macam berpikir : berpikir autistic dan berpikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun. Adpun berpikir realistic atau sering disebut reasoning ( nalar ), adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch seperti dikutip Rahmat, menyebut tiga macam berpikir realistic[6] :
a)      . Berpikir Deduktif
Deduktif disini berarti mengantar, memimpin. Mengantar dari suatu hal ke hal lain. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir ( penalaran ) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang  berbentuk suatu kesimpulan.
Reasonimg yang deduktif berasal atau bersumber dari pandangan umum ( general conclusion ).
b)      Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau jumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduktif.
Berpikir induktif  ( indiuctive thinking ) ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.
c)      Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut nilai tertentu. Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda.

B. Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi
Sebelum membahas intelegensi, perlu diketahui dahulu apakah intelek itu. Intelek adalah pikiran, dengan intelek orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan. Sedangkan itelegensi, berasal dari kata latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain ( to organize, to relate, to bind together).  Intelegensi adalah kecerdasan pikiran, dengan intelegensi fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain intelegensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas. Menurut panitia istilah pedagogic yang dimaksud dengan intelegensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Stren) ( Kamus Pedagogik, 1953 )[7]. Thorndike sebagai seorang tokoh psikologi menyatakan bahwa “intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”. ( Skinner, 1959 ). Orang dianggap intelegensi bila responnya merupakan respon yang baik terhadap stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, organisme harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus dan respon, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon-respon yang telah lalu. Sedangkan Lewis Hedison Terman memberikan pendapatnya mengenai intelegensi sebagai “…..the ability to carry on abstract thinking”. ( Hariman, 1958 ). Terman  membedakan adannya “ability” yang berhubungan  dengan hal-hal konkrit, dan “ability” yang berhubungan dengan yang abstrak. Orang itu intelegen jika dapat berfikir secara abstrak yang baik.  
Freeman memandang intelegensi sebagai[8]:
a.Capacity to intergrate experiences and to meet a new situation by means of appropriate and adaptive responses
b.Capacity to learn
c.Capacity to perform tasks regarded by psychologists as intellectual
d.Capacity to carry on abtract thinking. (Freeman, 1959) 

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi
Beberapa faktor yang menentukan intelegensi manusia :
a. Pembawaan
Intelegensi bekerja dalam suatu situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh pembawaan.
b.Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan lain yang telah dicapai ( kematangannya )
c.faktor lingkungan
Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,   rangsangan-rangsangan   yang   bersifat   kognitif   emosional   dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting. seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
d.Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ, Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan otak.
e.faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
f.faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi  perkembangan intelegensi.
g.Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Proses Terjadinya Intelegensi
3.Tingkat-tingkat kecerdasan
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tidak sama untuk tiap-tiap makhluk. Ada beberapa tingkat kecerdasan, tetapi dalam uraian ini hanya akan diutarakan beberapa tingkat kecerdasan binatang, kecerdasan anak yang belum dapat berbahasa dan kecerdasan manusia[9].
a)Kecerdasan binatang
Kecerdasan pada binatang sangat terbatas, yakni terikat pada suatu yang konkrit.
b)Kecerdasan pada anak-anak
Yakni anak-anak kecil yang berumur lebih kurag 1 tahun dan belum dapat berbahasa.  Menurut Boutan, anak-anak yang sudah dapat berbicara sudah bekerja seperti manusia kecil.
c)Kecerdasan manusia
1)                 Sesudah anak dapat berbahasa, tingkat kecerdasan manusia lebih tinggi daripada anak. Ciri-ciri kecerdasan manusia antara lain :Penggunaan bahasa.
2)                 Penggunaan perkakas
3)                 Macam-macam intelegensi
4)                 Intelegensi terikat dan bebas
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan, misalnya intelegensi binatang dan anak-anak yang belum berbahasa. Intelegensi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan intelegensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Intelegensi menciptakan akal (kreatif) dan meniru (eksekutif). Intelegensi mencipta ialah kesanggupan menciptakan tujuan baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai suatu tujuan. Intelegensi kreatif menghasilkan pendapat baru seperti kereta api, radio, listrik, kapal terbang, dsb. Intelegensi meniru yaitu kemampuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, yang diucapkan maupun yang ditulis.

























BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
                        intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. K. Buhler seoprang ahli mengatakan “Intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian”. Intelegensi terikat dan bebas adalah Intelegensi orang selalu ingin mengadakan perubahan – perubahan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan Intelegensi menciptakan adalah Intelegensi mencipta ialah kesanggupan menciptakan tujuan baru dan mencari alat- alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu
                        Terberntuknya intelegensi dilatar belakangi adanya faktor-faktor yaitu: Faktor bawaan biasanya dari keluarga, lingkungan Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi, faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
                        Berpikir adalah fungsi kognitif yang memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Berpikir sangat bermanfaat untuk memahami realita dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan sesuatu yang baru. Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Berpikri bisa mneghasilkan pengertian, pendapat, dan kesimpulan.










DAFTAR PUSTAKA

Drs. Agus Sujanto. 2012. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Akasara
Uswah Wardiana, M.Psi. 2004. Psikologi Umum. Jakarta Pusat: PT Bina Ilmu
Drs. H. Abu Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta


[1] Uswah Wardiana, M.Psi. Psikologi umum. Hlm. 123
[2] Ibid hlm 125
[3] Drs. Agus Sujanto. Psikologi umum. Hlm. 57-58
[4] Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Umum. Hlm. 179-180
[5] Ibid. Hlm.180-181
[6] Uswah Wardiana, M.Psi. Psikologi Umum. Hlm. 137-139
[7] Ibid. Hlm. 159
[8] Ibid. Hlm. 160
[9] Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Umum. Hlm. 182-185

Tidak ada komentar:

Posting Komentar