Minggu, 30 Oktober 2016

angkatan puisi


Balai pustaka
1.Muhammad Yamin (dari Angkatan Balai Pustaka)
INDONESIA TUMPAH DARAHKU

Bersatu kita teguh
Bercerai kita runtuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
 Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya. Tanah airku
 Tanahku bercerai seberang-menyeberang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai purnama terang-benderang
Di sanalah bangsaku gerangan menompang
Selama berteduh di alam nan lapang
 Tumpah darah Nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia

Biografi: Prof. Muhammad Yamin, SH (lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – wafat di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Talawi, Sawahlunto. Beliau merupakan salah satu perintis puisi modern di Indonesia, serta juga 'pencipta mitos' yang utama kepada Presiden Sukarno.

2.amir hamzah
 Kurnia

Kau kurniai aku,
Kelereng kaca cerah cuaca,
Hikmat raya tersembunyi dalamnya,
Jua bahaya dikandung kurnia, jampi kau beri,
Menundukkan kepala naga angkara.
Kelereng kaca kilauan kasih,
Menunjukkan daku tulisan tanganMu
Memaksa sukmaku bersorak raya
Melapangkan dadaku, senantiasa sentosa
Sebab kelereng guli riwarni,
Kuketahui langit tinggi berdiri,
Tanah rendah membukit datar.
Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji.

 Biografi:Tengku Amir Hamzah merupakan sastrawan yang dijuluki Raja Penyair Pujangga Baru. Amir Hamzah yang juga bergelar Gelar Pangeran Indra Pura, dilahirkan 28 Februari 1911 di Sumatera Timur, keturunan bangsawan Langkat Tengku Pangeran Muhammad Ali dan Tengku Mahjiwa.

Angkatan 1930
1. Menuju ke Laut (Sutan Takdir Alisjahbana)

Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.

Ombak riak berkejar-kejaran
di gelanggang biru di tepi langit.
Pasir rata berulang di kecup,
tebing curam ditentang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.

Sejak itu jiwa gelisah
Selalu berjuang tiada reda.
Ketenagan lama serasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya.
Gegap gempita suara mengerang,
Dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti,
pekik dan tempik sambut menyambut.

Tetapi betapa sukanya jalan,
bedana terhembas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut, namun kembali tiada ingin
namun kembali diada angin,
ketenangan lama tiada diratap.

Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.

Biografi: Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908 - Jakarta, 17 Juli 1994), adalah sastrawan Indonesia. Menamatkan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti Sains, Penang, Malaysia (1987).


2.BUKAN BETA BIJAK BERPERI(rustam efendi)

        Bukan beta bijak berseri,
pandai mengubah madahan syair;
        Bukan beta budak Negeri;
mesti menurut undangan mair,

          Saraf saraf saya mungkiri,
untaian rangkaian selokan lama:
         Beta buang beta singkiri,
sebab laguku menurut sukma,

        Susah sunguh saya sampaikan.
degap degupan di dalam kalbu
         Lemah laun lagu dengungan
matnya digamat sulit menekat.

         sering saya susah sesaat,
sebab madahan tidak nak datang.
        sering saya sulit menekat,
Sebab berkurang lukisan mamang.

          Bukan beta bijak berlagu,
Dapat melemah bingkaian pantun,
          Bukan beta berbuat baru,
Hanya mendengar bisikan alun.

Biogrrafi:
 Rustam Effendi, lahir di Padang tahun 1903. Pendidikan sekolah Guru (H.K.S) di Bandung, kemudian mencapai ijazah Akte Guru Kepala di negeri Belanda. Tokoh ini amat giat dalam pergerakan nasional sejak tahun 1920, dan tahun 1926 "dibuang" penjajah dengan syarat meninggalkan Indonesia. Sejak itu kegiatan sastranya berhenti.

Angkatan 45
1.DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949
Biografi: Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.

2.SURAT DARI IBU
Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belim kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
Biografi: Asrul Sani lahir di Rao, Sumatra Barat, tanggal 10 Juni 1926. Pendidikan tertinggi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia. Juga belajar drama dan sinematografi di University of South California (1956). Bersama Chairil dan Rivai Apin membentuk organisasi "Gelanggang Seniman Merdeka" (1947) dan bersama-sama pula memimpin majalah "Gelanggang" yang merupakan ruang budaya majalah Siasat.
Angkatan 66
1.Sebuah Jaket Berlumur Darah(taufik ismail)

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata

1966
Sumber: Tirani dan Benteng
Biografi:
 Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan.

2. "Mawar Hitam"(iwan situmpang)

Kalau kita berjumpa lagi, Constance
Jangan coba meyakinkan aku kembali
bahwa puisi bagiku adalah juga
tubuh telanjangmu berwarna gading itu

Telah kuputuskan untuk membongkar kembali
hutan-hutan kembang kertas yang kita awasi bersama
Karena suatu kutuk warna merah jambu
Telah hinggap di jantungku, membuatnya segi tiga

Bayang-bayang kuning yang selama ini suka datang
menyembul dari lorong-lorong ingatan 1/4 jadi
Telah datang menjulurkan tangan-tangan berjari tiga
Ingin meremas mawar hitam yang kusuntingkan di rambutmu

Kita tidak akan berjumpa lagi, Constance
Hutan-hutan itu telah menjadi danau air asin
Tengkorak-tengkorak dari kenangan tak-lengkap
menarikan suatu pesan, mantap bagai gada

Sebaiknya kau tetap di pantai sana, Constance
Aku di sini
Mungkin puisi yang kita sama-sama cari itu
adalah justru kengangaan ini--

Bertaring, bercakar, siap menelan kita

Iwan Simatupang, 1967
Biografi: wan Simatupang lahir 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara dan meninggal 4 Agustus 1970 di Jakarta. Ia pernah mengikuti kuliah di Fakultas Kedokteran di Surabaya, memperdalam antropologi dan drama di Belanda, serta belajar filsafat di Paris. Esainya “Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air” memperoleh hadiah kedua majalah Sastra tahun 1963.
Angkatan 80
1. SEMBAHYANG RUMPUTAN

 walau kaubungkam suara azan

walau kaugusur rumah-rumah tuhan

aku rumputan

takkan berhenti sembahyang

:inna shalaati wa nusuki

wa mahyaaya wa mamaati

lillahi rabbil ‘alamin


topan menyapu luas padang

tubuhku bergoyang-goyang

tapi tetap teguh dalam sembahyang

akarku yang mengurat di bumi

tak berhenti mengucap shalawat nabi



sembahyangku sembahyang rumputan

sembahyang penyerahan jiwa dan badan

yang rindu berbaring di pangkuan tuhan

sembahyangku sembahyang rumputan

sembahyang penyerahan habis-habisan


walau kautebang aku

akan tumbuh sebagai rumput baru

walau kaubakar daun-daunku

akan bersemi melebihi dulu


aku rumputan

kekasih tuhan

di kota-kota disingkirkan

alam memeliharaku subur di hutan


aku rumputan

tak pernah lupa sembahyang

:sesungguhnya shalatku dan ibadahku

hidupku dan matiku hanyalah

bagi allah tuhan sekalian alam


pada kambing dan kerbau

daun-daun hijau kupersembahkan

pada tanah akar kupertahankan

agar tak kehilangan asal keberadaan

di bumi terendah aku berada

tapi zikirku menggema

menggetarkan jagat raya

: la ilaaha illalah

muhammadar rasululah


aku rumputan

kekasih tuhan

seluruh gerakku

adalah sembahyang



1992
Biografi: Ahmadun Yosi Herfanda atau juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH (lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari 1958; umur 52 tahun) adalah seorang penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia.

2. Ku hadang matahari(darman moenir)
kuhadang matahari
karena hari seperti ini juga
lihatlah bayang-bayang kita yang kian paniang
seperti menghapus jejak yang tak ada kita tinggalkan

kuhadang matahari karena tidakjuga berkabar
seperti kau dahulu ada bertanya, “kata siapa ?”
dan bila matahari telah bertanya pula seperti itu
ke mana mata kita pandangkan lagi
sementara hari larut, senja pun susut

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Biografi:
 Darman Moenir (lahir di Sawah Tangah, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, 27 Juli 1952; umur 58 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Darman berpendidikan Sekolah Seni Rupa Indonesia serta berkuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga, jurusan Bahasa Inggris, Padang.
Angkatanpenyair sekarang
1. HUJAN MUSIM PANAS

tadinya tak ada awan
hanya biru yang lapang
entah kemana arahnya
awanawan berarakarak
mengancam
marah
warnanya hitam
sebentar saja gemuruh, mengguruh
telingatelinga menjadi pekak
berlarian anakanak
mencari ibu yang tertinggal jarak
panas menyisakan gigil
dan basah
membuat penghunipenghuni malas
meringkuk mereka
menggelung seperti kucing di atas ranjang
suara hujan
dan tetestetesnya dari awan
andai kau disini
kau akan berjalan di antara hujan
menginjak genangan yang ditinggalkan
pasti kau suka
hujan musim panas
Biografi:Ayu Utami lahir di Bogor, besar dan tinggal di Jakarta. Kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (Sastra Rusia). Sebagai wartawan di masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk memperjuangkan kemerdekaan pers. Ia juga ikut mendirikan Komunitas Utan Kayu, sebuah tempat yang mengusahakan kebebasan pikiran lewat seni dan diskusi. Ayu anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2006-9.
2. . Seno Gumira Ajidarma
 Kumpulan puisi BAYI MATI
Posted on 3 Maret, 2009 by sukab

HARI INI SEPERTI JUGA KEMARIN

hari ini seperti juga kemarin
tak lagi terbandingkan, antara nasib antara sepi
kemudian rawan, jatuh di bumi
lantas seperti kemarin-kemarin : matahari pagi

yogya 1976

***

SAJAK MALAM

setelah usai,
dentang jam dinding duabelas kali

yogya 1976

***


CATATAN

si bocah berjongkok dan menangis
memandang buih lautan : akukah kau cari?
suara-suara samodra menggoda manja

si bocah menangis semakin keras
dan senja mengendap, matahari berbisik
: akulah ibumu

parangtritis 1976

***

DUA GADIS CILIK

dua gadis cilik
mati terlindas di dekat pasar
sedikit darah terciprat
pada celana kuli yang tak punya anak

yogya 1976

***

LANGIT SEPI

langit sepi
tiga burung hitam merendah menggoda ombak
orang-orang yang berbondong ke pantai
mungkin mencari saudaranya yang lenyap di seberang angin

parangtritis 1976
biografi: Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston pada tanggal 19 Juni 1958 dan dibesarkan di Yogyakarta.
Angkatan reformasi
BUNGA DAN TEMBOK

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak kaukehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak kaukehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga
engkau adalah tembok
tapi di tubuh tembok itu telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersamad
engan keyakinan: engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
di mana pun – tirani harus tumbang!
Biografi: Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo (lahir di kampung Sorogenen Solo, 26 Agustus 1963) adalah seorang sastrawan dan aktivis Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar