Minggu, 30 Oktober 2016

filsafat ilmu



BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Filsafat erat kaitannya dengan cara berfikir. Cara berfikir filsafat berbeda dengan cara berfikir biasa. Berfikir menurut filsafat adalah berfikir yang mendalam dalam memikirkan suatu obyek. Dalam hal ini tidak ada kebenaran yang dibenarkan dari filsafat karena kebenaran itu masih perlu dicarikan kebenaran lain yang sifatnya lebih pasti. Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan. Dalam memahi lebih lanjut mengenai filsafat itu diperlukan pemaham lebih lanjut tentang pengertian dasar filsafat.
Filsafat sendiri diartikan sebagai sebuah kegiatan berfikir yang mendalam. Maka dari itu, output dari hasil pemikiran itu akan berbeda-beda dari masing-masing individu. Hal demikian tidak dipermasalahkan dalam berfilsafat, karena ada sifat kebebasan dalam berfikir. Setiap hasil rumusan dari proses berfikir akan dijadikan sebuah teori baru yang akan terus dikembangkan. Oleh karena itu, tidak heran jika filsafat disebut sebagai induk dari segala jenis ilmu. Induk dari filsafat sendiri adalah proses berfikir. Untuk mendapatkan semua itu maka selayaknya mengenal bagaimana dan apa itu filsafat serta hal-hal apa yang dibahas dalam filsafat. Pembahasan lebih lanjut mengenai filsafat akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan makalah ini.

B.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filsafat?
2.      Bagaimana ciri-ciri berfikir filsafat?
3.      Ada berapa macam gaya dalam berfilsafat?
4.      Apa cabang-cabanng dari berfilsafat?
5.      Bagaimana prinsip-prinsip dalam berfilsafat?

C.    Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai filsafat
2.      Menambah pengetahuan dan melatih cara perfikir filsafat
3.      Sebagai salah satu bahan diskusi
4.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

















BAB II
PEMBAHASAN



A.  Pengertian Filsafat
1.     Definisi Etimologis
Secara etimologis, istilah filsafat merupakan padanan kata dari falsafah (bahasa arab) dan philosophy (bahasa inggris), yang berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata yaitu philo yang artinya cinta (love) dan sophia yang artinya kebijaksannan (wisdom).[1] Dapat diartikan bahwa filsafat artinya cinta kebijaksanaan atau cinta kearifan.
Menurut sejarah , istilah philosopia kali pertama digunakan oleh phytagoras (abad ke 6SM) saat diajukan pertanyaan kepadanya apakah phytagoras termasuk orang yang sederhana. Lalu phytagoras menjawab bahwa dia adalah seorang philosopia.
2.     Definisi Terminologi
Memahami filsafat tidak cukup dengan definisi etimologi, namun perlu pemahaman secara terminologi. Ada banyak sudat pandang mengenai efinisi terminologi. Beberapa diantaranya sebagai berikut :[2]
a.     Filsuf pra Socrates
Filsafat adalag sebuah ilmu untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.


b.     Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni.
c.      Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
d.     Rene Descrates
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
e.      William James
Filsafat adalah upaya luar biasa hebat untuk berfikir jelas dan terang.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berfikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya),  sitematik (teratur, runtut logis dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintregal, tidak khusus dan tidak parsial).

B.  Ciri-Ciri Berfikir Filsafat
Berfilsafat tidak hanya sekedar berfikir secara umum. Melainkan ada perbedaan antara berfilsafat dan tidak berfilsafat. Berikut ciri-ciri orang yang berfilsafat.
1.      Berfikir radikal
Berfikir secara radikal adalah berfikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal bermaksud untuk memahami akar realitas itu sendiri. [3] seorang filsuf beranggapan dengan ditemukannya akar dari suatu persoalan,  maka segala sesuatu yang tumbuh di atasnya dapat dipahami, sehingga akar permasalahan yang datang akan mudah dimengerti.


2.      Mencari asas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) asas diartikan sebagai suatu dasar yang menjadi tumpuhan dalam berfikir. Seorang filsuf akan selalu mencari asas yang hakiki dari suatu realitas. Mencari asas berarti juga diartikan upaya untuk menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi maka realitas dapat diketahui dengan jelas.
3.       Memburu kebenaran
Kebenaran dalam berfilsafat tidak pernah mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran yang lebih pasti. Kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
4.      Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab dari berfilsafat adalah adanya keraguan. Untuk menghilangkan keraguan itu maka harus mencari kejelasan.
5.      Berfikir rasional
Berfikir tasional adalah befikir logis, sistematis dan kritis. Berfikir kritis adalah befikir yang dapat ditarik kesimpulan dan mengambil keputusan-keputusan yang tepat. Berfikir sistematis adalah berfikir yang berhubungan satu sama lain dan saling berkaitan secara logis. Sedangkan berfikir kritis adalah berfikir terus-menerus mengevaluasi argumen yang mengkalim diri benar.
6.      Komprehensip (menyeluruh)
Filsafat ingim mengetahui totalitas dari suatu obyek. Filsafat tidak puas jika hanya menyelidiki sudat pandang tertentu seperti yang dilakukan oleh ilmu lain.
7.      Spekulatif
Filsafat berdasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal dan tidak hanya berdasarkan bukti empiris. Ini tidak berarti bahwa dugaan filsafat tidak ilmiah tapi pemikiran filsafat memang tidak masuk dalam kewenangan ilmu khusus.
8.      Bertanggungjawab
Orang yang berfilsafat harus mampu bertanggung jawab pada hasil pemikirannya pada hati nuraninya. Orang yang berfilsafat juga harus mampu merumuskan pemikiran-pemikirannya agar mampu dikomunikasikan dengan orang lain.

C.  Beberapa Gaya Berfilsafat
Filsafat bisa dimengerti dan dilakukan melalui banyak cara. Bertens menengarai ada beberapa cara dalam berfilsafat sebagai berikut :
1.      Berfilsafat yang arat kaitannya dengan sastra
Hal ini menjelaskan bahwa sebuah karya-karya filsafat mempunyai nilai sastra yang tinggi. Contoh, Satire tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat, tapi juga penulis novel, drama, skenario atau film.[4] Karya filsafat membutuhkan ungkapan bahasa yang tidak jarang membutuhkan nilai-nilai sastra. Namun tidak semua karya sastra mengandung dimensi falsafati, sebab masing-masing bidang mempunyai kekhasasn sendiri-sendiri.
2.      Berfilsafat yang dikaitkan dengan sosial politik
Disini filsafat sering diidentikkan dengan praksis politik. Sebuah karya filsafat dipandang mempunyai dimensi idiologis yang relevan dengan konsep negara. Filsuf yang terkenal dengan gaya ini adalah Karl Marx. Dia terkenal dengan ungkapannya “Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan dunia. Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia”[5]
3.      Berfilsafat yang berkaitan dengan metodologi
Para filsuf menaruh perhatian besar terhadap persoalan-persoalan metode  ilmu seperti yang dilakukan oleh Descrates dan Karl Popper. Descrates mengatakan jika kita ingin memperoleh kebenaran, maka harus meragukan segala sesuatu (skeptis metode).  Namun ada satu hal yang tidak dalam diragukan, yaitu kita yang sedang dalam keadaan ragu, Cogito Ergo Sum. Descrates menyajikan langkah-langkah metodis sebagai berikut:
a.       Meragukan segala sesuatu yang dianggap benar
b.      Mengklarifikasi hal-hal yang sederhana hingga ke hal-hal yang rumit
c.       Pemecahan masalah dimulai dari hal-hal yang sederhana
d.      Memeriksa kembali hal-hal secara menyeluruh, mungkin masih ada hal yang tersisa atau terabaikan
4.      Filsafat dikaitkan dengan kegiatan analisis bahasa
Berfilsafat yang menekankan pada analisis bahasa dinamakan logosentrisme. Tokoh sentral adanalah Wittgenstain, mengatakan bahwa filsafat secara menyeluruh adalah  kritik bahasa. Tujuan utama filsafat adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis tentang pemikiran. Filsafat bukanlah seperangkat doktrin, tapi suatu kegiatan.
5.      Berfilsafat dikaitkan dengan menghidupkan pemikiran filsafat di masa lampau.
Aktivitas filsafat mengacu pada penguasaan sejarah filsafat. Dalam hal ini cara mempelajari filsafat yang baik adalah dengan mengkaji teks filsuf masa dulu.
6.      Filsafat dikaitkan dengan tingkah laku dan etika
Etika dipandang sebagai atu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata, sehingga dinamakan juga praksiologis bidang ilmu praktis.

D.  Cabang-Cabang Utama Filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat. Filsafat mempunyai bidang kajian yang luas, sehingga diperlukan pembagian di dalam mengkajinya. Plato membagi filsafat ke dalam tiga macam bidang sebagai berikut:[6]
1.      Dialektika
Cabang filsafat yang membicarakan ide-ide atau pengertian umum
2.      Fisika
Filsafat yang di dalamnya membicarakan tentang materi
3.      Etika
Filsafat yang di dalamnya membicarakan persoalan baik dan buruk
Menurut Aristoteles dikelompokkan menjadi empat, diantara sebagi berikut:
1.      Logika, yaitu ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam memahami filsafat
2.      Filsafat teoritis atau filsafat nazariah, di dalamnya terdapat ilmu-ilmu lain yang penting, seperti fisika, ilmu matematika dan ilmu metafisika. Menurut Aristotelas ilmu metafisika inilah bagian utama dari filsafat
3.      Filsafat praktis atau filsafat alamiah
Di dalamnya terdapat tiga macam ilmu yang penting, diantaranya
a.       Ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perorangan
b.      Ilmu ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga)
c.       Ilmu politik yang mengatur kemakmuran dan kesusilaan dalam negara
4.      Filsafat poetika merupakan filsafat kesinian
Filsafat yang membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran seni dan teori penciptaan seni
Menurut Kattsoff cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
1.      Logika
Logika adalah cabang filsafat yang secara khusu menguji keabsahan berfikir. Secara etimologi, logika berasal dari kata logicos atau logos artinya sesuatu yang diutarakan. Logika merupakan cabang filsafat yang bersangkutan denngan berbagai aturan penyimpulan yang sah.[7]Ada dua macam logika. Pertama, logika deduktif atau logika formal adalah logika yang membicarakan susunan-susunan proposisi-proposisi dan penyimpulan yang sifatnya keharusan berdasarkan susunannya. Kedua, logika induktif adalah logika yang mencoba untuk menarik kesimpulan dari proporsisi-proporsisi yang spesifik dengan memperhatikan sifat-sifat dari bahan yang diamati. [8]
2.      Metodologi
Metodologi ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode khususnya metode ilmiah. Metode-metode yang lain misalnya metode yang dipakai dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen dan sebagainya.
3.      Metafisika
Metafisika adalah hal-hal yang terdapat sesudah fisika. Hal-hal yang teerdapat dibalik yang tampak. Metafisika oleh Aristoteles disebut dengan ilmu pengetahuan mengenai “Yang ada” sebagai “yang ada”, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahkan.[9] Istilah metafisika itu sendiri berassal dari kata Yunani meta ta physika dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Aristoteles menggunakan istilah Proto Philosopia untuk metafisika.
Menurut Christian Wolff mengklasifikasikan metafisika sebagai berikut:
a.   Metafisika umum (ontologi) membicarakan tentang hal ada.
b.  Metafisika khusus
1)                Phisikology: membicarakan tentang hakikat manusia
2)                Kosmologi: membicarakan tentang hakikat atau asal-usul alam       semesta
3)                Theology: membicarakan tentang hakikat keberadaan Tuhan
Metafisika dapat dikatakan tidak sebagai ilmu manakala yang dimaksud dengan ilmu itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat pasti dan dikatakan sebagai ilmu manakala yang dimaksud dengan ilmu itu adalah suatu penyelidikan yang dikaitkan dengan sikap dan metode tertentu. Beberapa peran metafisika dalam ilmu pengetahuan yaitu:
1)      Metafisika mengajarkan cara berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan
2)      Metafisika menuntut orisinalitas berfikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan.
3)      Metafisika memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah pandangan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
4)      Metafisika membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut
4.      Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”. Episteme artinya pengetahuan dan logos artinya teori. Obyek material epistimologi adalah pengetahuan sedangkan obyek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistimologi berkisar pada masalah: asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi.
Perbincangan penting dalam epistimologi juga terkait dengan jenis-jenis pengetahuan. Pengetahuan itu ada yang ilmiah dan nir ilmiah. Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai berikut:
a.       Berlaku umum, artinya jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu hal itu layak atau tidak layak, tergantung pada faktor-faktor subjektif.
b.      Mempunyai kedudukan mandiri (otonomi), artinya meskipun faktor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
c.       Mempunyai dasar pembenaran
d.      Sistematik
e.       Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.
Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut:
a.       Pengetahuan biasa
b.      Pengetahuan ilmiah
c.       Pengetahuan filsafat
d.      Pengetahuan agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:
a.       Pengetahuan indrawi, pengetahuan berdasarkan indra
b.      Pengetahuan akal budi, pengetahuan yang didasarkan atas kekuatan rasio
c.       Pengetahuan intuituf, jenis pengetahuan yang memuat pemahaman secara tepat
d.      Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif, jenis pengetahuan yang dibangun atas dasar kredebilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap profesional dalam bidangnya.
5.      Biologi kefilsafatan
Membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi. Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisis pengertian-pengertian hakiki dan biologi. Biologi kefilsafatan membantu bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilah biologi, melainkan juga terhadap metode-metode serta teori-teorinya.

6.      Psikologi kefilsafatan
Memberikan petanyaan psikolog yang meliputi apakah jiwa, nyawa, ego ,akal dan kehendak.
7.      Antropologi kefilsatan
Menegmukakan pertanyaan tentang manusia dan makna sejarah manusia.
8.      Sosiologi kefilsafatan
Mengemukakan pertanyaan mengenai hakikat masyarakat serta negara.
9.      Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan baik dan buruk. Bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan yang mengenai tingkah laku yang betul. Etika berusaha untuk menemukan fakta-fakta mengenai situasi kesusialaan agar dapat menerapkan terhadap fakta tersebut.
10.  Estetika
Adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, dan susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
11.  Filsafat Agama
Cabang-cabang yang membicarakan jenis-jenis pertanyaan berbeda mengenai agama. Filsafat agama tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau tidak mau harus menaruh perhatian kepada makna istilah yang digunakan, ketentuan diantara kepercayaan dan berhubungan dengan kepercayaan agama dan kepercayaan yang lain.
12.  Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios adalah nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Jadi aksiologi adalah teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, keriteria, dan status metafisik dari nilai. Menurut Runes, problem utama dalam aksiologi berkaitan dengan empat faktor penting sebagai berikut:
a.    Kodrat nilai berupa problem
b.    Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara lain intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental, yang menjadi peneybab mengenai nilai-nilai instrinsik.
c.    Kriteria nilai, yaitu ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus oleh psikologis dan logika.
d.   Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadapa fakta-fakta yang di selidiki melalui ilmu kealaman, kenyataan terhadap keharusan pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manusia.

E.   Prinsip-Prinsip Dalam Berfilsafat
Berfilsafat selalu berkaitan dengan pengalaman umum manusia. Cara berfilsafat yang baik justru bermula dari hal-hal yang dialami sendiri oleh calon filsuf. Filsafat itu menurut Aristoteles, dimulai dari suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, yakni problema yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Lima prinsip penting menurut The Liang Gie dalam berfilsafat agar calon filsuf mendapat jalan yang optimal sebagai berikut:[10]
1.      Meniadakan kecongkakan, maha tahu sendiri. Seseorang yang ingin mulai berfilsafat harus mampu mengendalikan dirinya, terutama sikap merasa diri sudah tahu tentang hal yang akan dipelajari. Sikap yang demikian hanya akan melahirkan solipsisme, yankni menganggap hanya pendapatnyalah yang paling benar.
2.      Perlunya sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan pada kebenaran akan melahirkan keberanian untuk mempertahankan kebenaran yang diperjuangkannnya. Kesetiaaan pada kebenaran ini juga akan melahirkan kejujuran
3.      Memahami secara sungguh-sungguh persoalan-persoalan filsafati serta berusaha memikirkan jawabannya.
4.      Latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dari waktu ke waktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun secara tertulis.
5.      Sikap keterbukaan diri artinya orang yang mempelajari filsafat tidak dihinggapi oleh prasangka tertentu atau pandangan sempit yang tertuju ke suatu arah saja atau sudah terlebih dahulu memihak pada suatu pandanngan tertntu.




BAB III
PENUTUP



A.  KESIMPULAN












B.  SARAN
Demikian yang dapat kami tulis dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan sebagai wawasan kita untuk mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan filsafat itu. Kritik dan saran sangat kami perlukan untuk proses penyempurnaan makalah ini, utamanya dari Dosen Pengampu mata kuliah dan dari teman-teman mahasiswa yang membacanya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf.



DAFTAR PUSTAKA


Maksum Ali. 2010. Pengantar Flisafat. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mustansyir Rizal & Munir Misnal. 2013. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto A. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bernadian, Win Usuludin. 2011. Membuka Gerbang Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




[1] Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 15.
[2] Ibid hlm. 17.
[3] Ibid, hlm. 27.
[4] Drs. Rizal Mustansyir M. Hum & Drs. Misnal Munir M. Hum, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 5.
[5] Ibid, hlm. 6.
[6] Drs, Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm. 19.
[7] Wien Ushuludien Bernadien, Membuka Gerbang Filsafat, (Yogyakarta:Stain Jember Press, 2011), hlm. 58.
[8] Drs, Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm. 22.
[9][9] Ibid, hlm. 22
[10] Ibid, hlm. 35-37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar