Minggu, 30 Oktober 2016

RESUME



Resume Jurnal Media Televisi VOL  2. NO.1 TAHUN 2014

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TALK SHOW “HITAM PUTIH” DI TRANS 7
Oleh Eddy Susanto


Salah satu acara televisi yang sekarang sedang tinggi ratinggnya adalah acara talkshow Hitam Putih di trans 7. Acara talkshow ini berbeda dengan acara talkshow lainnya karena cara cara pembawaan acara talkshow yang berbeda dan dengan hots yang mempunyai skill berbeda dari yang lainnya. Dalam penyampaiannya ini, acara talkshow yang sebenarnya ditujukan untuk kalangan usia 19-25 tahun ini meggunakan model penyampaian dengan teori S-O-R. Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dana memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaki komunikan.
Menurut teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu, maksudnya keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada respon tertentu pula. Jadi unsur-unsur teori ini adalah:
a.       Pesan (Stimulus, S)
b.      Komunikan “(Organism, O)
c.       Efek (Response, R)
Sedangkan istilah talkshow dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan temu wicara, rapat bersama atau diskusi interaktif (Astuti, Syahrul R., dan Ermanto, 2012,p.44). talkshow sebagai bentuk acara yang mendapat kepercaayaan dari pemirsa televisi Indonesia mempertunjukkan seni perbincangan, yaitu gabungan antara seni dan panggung dan ketrampilan seni wawancara jurnalistik yang bertujuan untuk memberi penjelasan atau pendapat mengenai suatu topik. Acara ini dikemas berbeda dengan acara lainnya dan disajikan dengan menarik. Sedangkan acara Hitam Putih di Trans 7, salah satu satu unsur menariknya adalah talkshow yang digabungkan dengan unsur magic.
Hitam Putih juga merupakan program talkshow dengan format mind reading. Bintang tamu dibuat seakan tidak berdaya ketika dicecar pertanyaan oleh Deddy Corbuzier yang memaksa memaparkan kehidupan pribadinya tanpa disadari. Acara ini memiliki slogan yang mengatakan hati-hati dengan fikiran anda (Clara Alvionita, 2011).
Pengaruh Televisi
Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan bagi penontonnya. Menurut Jefkins dalam Effendy (2002:p.108), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu:
1.      Menghasilkan suara, gerakan, visi dan warna
2.      Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama
3.      Karena merupakan media visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin
  SIKAP
Menurut Rakhmat (2007,p.39), sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok. Menurut  Morissan  dalam  bukunya  Manajemen  Media  Penyiaran  (2005:  p.222), memberikan definisi bahwa program talkshow adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Kunci utama dari kesuksesan talkshow adalah kemampuan moderator. Dalam hal ini presenter mengendalikan dan menjaga pembicaraan agar tetap segar, tetapi bisa jadi tegang juga. Daya tarik program talkshow  ini  terletak  pada  topik  pembicaraan  atau  permasalahan  yang dibicarakan. Pertama,  masalah  itu  merupakan  masalah  yang sedang menjadi pergunjingan di masyarakat atau masalah yang sedang hangat di masyarakat. Kedua, masalah itu  mengandung kontroversial dan konflik diantara masyarakat. Ketiga, masalah itu menyangkut  atau bersangkut-paut dengan kepentingan  masyarakat  banyak  dan  masyarakat  membutuhkan  informasi  serta jawaban  yang  jelas  mengenai  permasalahan  tersebut.
Analisis dan Interpretasi
Acara Hitam Putih mampu membuat pemirsa yang tidak mau menonton akhirnya mau menonton acara tersebut dikarenakan kemasan acara tidak membosankan.Yang cukup menariknya lagi  dari  temuan  yang  didapatkan  bahwa  bintang  tamu  yang  dipanggil  selalu menarik, memberikan inspirasi bagi orang lain sehingga membuat responden lebih banyak  memilih  sikap  konatif  dari  pada  afektif.  Format  acara  yang  ada  dalam acara  hitam  putih  adalah mind reading/membaca pikiran. Hal ini menunjukkan bahwa  sebagian  besar  responden  dalam  acara  program Hitam Putih memiliki kekuatan pada proses membaca pikiran/mind  reading yang dilakukan oleh pembawa acara terhadap bintang tamu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dari Teori S-O-R dapat dikaitkan dengan hasil temuan  yang  didapatkan  yaitu, teori S-O-R membantu untuk menjelaskan bagaimana pesan yang disampaikan kepada  komunikan dan direspon kembali oleh pemirsa(audience) untuk memberitahukan bahwa  tayangan hitam putih dapat bermanfaat bagi yang menonton dari sisi kognitif, afektif dan konatif. Dari ketiga hal itu dapat diketahui seberapa  besar  pemirsa  mengetahui  acara  hitam  putih,  menyukai  acara  tersebut dan mau menonton acara hitam putih atau tidak. Sehingga munculnya fenomena program Hitam Putih yang dikemas dalam bentuk talkshow yang berbeda dengan talkshow  lainnya  yaitu  menampilkan  format  mind  reading,  dan  mempunyai rating  yang tinggi bila dibandingkan dengan program lainnya yang sama dengan talkshow ters

SPI



BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Islam kali pertama diturunkan di jazirah Arab melalui malaikat Jibril dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Islam menjadi sebuah agama yang berkembang pesat di jazirah arab, utamanya di kota Mekkah dan Madinah. Dua kota tersebut merupakan kota dimana kejadian-kejadian penting dalam tonggak berdirinya islam berlangsung. Berbagai macam kejadian dan berkaitan dengan lahirnya islam dapat diketahui dengan mempelajari sejarah kebudayaan islam di kota tersebut.
Sebelum islam menyebar begitu pesat seperti saat ini, awalnya jazirah arab tidak mengenal islam. Memang jazirah arab cukup maju, namun tradisi disana dapat digolongkan sebagai tradisi yang buruk. Beberapa tindakan yang tidak sepatutunya dilakukan, kerap dilakukan oleh orang-orang arab dan bahkan telah menjadi tradisi. Disini islam datang untuk membenarkan tatanan tersebut dan sebagai petunjuk hidup. Oleh karenanya, untuk mengetahui bagaimana islam itu, kita perlu mempelajari dasar dari kebudayaan islam sebelum islam masuk di mekkah dan setelah masuk di Mekkah dan bagaimana pula cara penyampaian islam. Pembahasan lebih lanjut akan dibahas dalam makalah ini.
B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan geografis bangsa arab?
2.      Bagaimana kehidupan bangsa arab sebelum datangnya Nabi Muhammad?
3.      Kemajuan apa yang dimiliki bangsa arab?
4.      Bagaimana perkembangan islam pada periode Mekkah?
C.   Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.      Untuk menambah wawasan keislaman
2.      Sebagai salah satu bahan studi islam yang dapat diambil ibrahnya
3.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sejarah dan Kebudayaan Islam”
4.      Sebagai salah satu sarana untuk bahan diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
                                                                                                  

A.   Keadaan Geografis Bangsa Arab
Mekkah adalah sebuah kota yang ada di jazirah arab yang dikenal karena tradisi dan geografisnya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara[1].  Secara bahasa , kata jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, sedangkan arab bermakna gurun atau tanah tandus yang tidak ada air dan tumbuhannya.[2]
Jazirah Arab terletak di sebelah barat daya Benua Asia, dengan luas 3.000.000 km2. Di sebelah timur, jazirah arab berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia (Teluk Arab), sebelah selatan berbatasan dengan Laut Hindia, Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Merah, serta sebelah utara berbatasan dengan Syam dan sebagian berbatasan dengan Irak. Daerah penting di Jazirah Arab adalah Hijaz. Hijaz adalah daerah yang strategis karena menjadi rute perjalanan antara Syam dan Yaman. Ada dua kota yang terkenal di Hijaz, yaitu Mekkah dan Madinah (Yastrib).[3] Rata-rata penduduk Hijaz ini adalah suku Badui, yaitu suku yang mempunyai gaya hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain untuk mencari sumber air dan rumput untuk binatang ternak mereka.[4]
B. Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Nabi Muhammad
Jika ditinjau dari nasabnya, bangsa Arab terbagi menjadi tiga. Pertama, bangsa Arab Al-Ba’idah dimana bangsa ini adalah bangsa arab yang telah Musnah, yakni orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak dapa diketahui kecuali dalam kitab suci. Kedua,  Al-‘Aribah yakni cikal bakal keturunan bangsa arab saat ini. Mereka berasal dari keturunan Qahtan yang menetap di tepian Sungai Eufrat, kemudian pindah ke Yaman. Ketiga,  Al-Musta’aribah yaitu bangsa arab lantaran perantara. Disebut demikian karena Jurhum, dari suku Qahtan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama Nabi Ismail dan Ibunya. Nabi ismail menikahi Suku Jurhum. Maka dari itu mereka disebuat juga sebagai Bani Ismail.[5]
Dua suku yang berperan penting dalam pemerintahan adalah suku Bani ismail dan suku Jurhum. Bani Ismail sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah dan suku Jurhum sebagai pemegang kekuasaan politik.  Kekuasaan politik akhirnya pindah ke suku Khuza’ah dan kemudian berpindah ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai.[6]. salah satu golongan besar di jazirah Arab, golangan Qahthaniyun pernah mendirikan kerajaan Himyar di jazirah arab dan sempat mencapai kejayaan. Namun setelah kerajaan Himyar runtuh, jalur perdagangan didominasi oleh kerajaan Romawi dan Persia. Pusat perdagangan pun beralih ke Hijaz, sehingga Kota Mekkah menjadi ramai dan menjadi pusat peradaban. Namun kemajuan ini tidak sebanding dengan kemajuan yang pernah dicapai kerajaan-kerajaan Arab sebelumnya.
Perkembangan sebelum masuknya islam itu tidak lain dipengaruhi oleh budaya bangsa-bangsa di sekitar Mekkah yang lebih dahulu maju. Pengaruh tersebut masuk ke jazirah arab melalui beberapa jalur yang penting, yaitu :[7]
1.      Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain
2.      Melalui  kerajaan-kerajaan protektorat
3.      Masuknya misi Yahudi dan Kristen
Walau penduduk Yahudi dan Kristen telah masuk ke jazirah arab, bangsa arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada para dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala. Berhala tersebut dipusatkan di ka’bah. Berhala yang terpenting adalah Hubal, yang mereka anggap sebagai dewa terbesar, Latta, dewa tertua dan yang terletak di Hijaz adalah Uzza.
Selain dikenal akan kemasyhurannya, bangsa Arab juga dikenal dengan bangsa yang buruk perilakunya. Saat itu, ada banyak kerusakan moral dan hal itu sudah menjadi kebiasaan. Beberapa kerusakan moral mereka yaitu :[8]
1.      Suka minum arak
2.      Suka berjudi
3.      Suka main wanita
4.      Suka melakukan nikah Istibdha’
Nikah Istibdha’ adalah nikah adalah jika istri dari seorang pria di antara mereka selesai haid, kemudian telah bersici, maka pria paling mulia dan tertinggi nasabnya dapat menikahi mereka.
5.      Mengubur hidup-hidup anak perempuan
6.      Suka membunuh anak laki-laki atau perempuan
7.      Suka tabarruj
Tabarruj adalah memperlihatkan kecantikan dengan berhias, baik berhiass pada wajah, pakaian atau ucapan.
8.      Suka berselingkuh
9.      Menjual budak wanita sebagai pelacur
10.  Suka berkelahi dan berperang
11.  Sombong dan angkuh
C.   Kemajuan Bangsa Arab
Beberapa kemajuan yang dicapai bangsa arab yaitu :[9]
1.      Perniagaan
Mereka maju dalam hal memasarkan produk-produk hasil pertaniannya
2.      Pertukangan
Bangsa arab di Yaman mendahului bangsa lainnya. Mereka dapat membuat gedung-gedung besar, kebun luas, memperbaiki kota, dan lain-lain.
3.      Kemajuan Lainnya
Selain perniagaan dan pertukangan, bangsa arab pra-islam juga mengalami kemajuan di bidang sulam-menyulam, menenun, memintal, dan kasusastraan,. Mereka juaga memiliki pengetahuan astronomi obat-obatan, menghitung dan kemampuan mengetahui rupa orang.
D.   Periode Mekkah
Sekitar 571 M, seorang bayi keturunan Quraisy lahir di Mekkah. Orang Quraisy memberi julukan Al Amin, sedangkan dalam Al Qur`an  menyebutnya Muhammad (Q.S. 3:144).[10] Ayahnya bernama Abdullah Ibn Abdul Munthalib. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Tahun kelahirannya disebut sebagai tahun gajah karena pada kelahirannya terjadi penyerangan terhadap Ka’bah yang dilakukan oleh raja Abrahah dari Yaman.[11]
Ayah Nabi Muhammad meninggal pada saat Nabi dalam kandungan dan pada saat usianya enam tahun ibunya juga meninggal saat dalam perjalanan ziarah ke makam ayahnya. Kemudian Nabi diasuh oleh kakeknya, Abdul Munthalib. Tidak begitu lama dalam pengasuhan kakeknya, kakeknya meninggal dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Abu Thalib adalah seorang pedagang, Nabi sering ikut bepergian berdagang ke Syam, kemudian Nabi berjumpa dengan seorang pendeta bernama Bukhaira yang telah mengenali tanda-tanda kenabiannya.[12]
Pada saat Nabi berusia 25 tahun, Nabi menikah dengan Khadijah. Selisih umur mereka adalah 15 tahun. Nabi memiliki kebiasaan sering menyendiri atau berkhalwat di Gua Hira yang terletak di luar kota Mekkah. Tepat di dalam gua, di saat Nabi dalam kegelisahan, di dalam gua itu dia mendengar suara yang memerintahnya” Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang menciptakan,” dan seterusnya.[13] Itu adalah wahyu pertama yang turun, yaitu surat Al Alaq ayat 1-5 yang menandai sebagai awal masa kenabian.
Setelah wahyu pertama turun, berlangsung masa kekosongan atau masa jeda (fatrah). Nabi sering mengalami kegelisahan dan perasaan was-was, sehingga Nabi meminta Khadijah untuk menyelimutinnya. Saat itulah turun wahyu kedua yang berbunyi “Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berikan peringatan”. Wahyu berikutnya turun dalam bentuk suara-suara yang berbeda dan kadang muncul seperti gema lonceng. Pada akhir kenabian wahyu yang turun, surat Madaniyah turun dalam bentuk satu suara, suara Jibril.[14]
Nabi diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahkan islam kepada manusia. Nabi diperintahkan untuk mengajarkan ajaran Tauhid. Beberapa cara yang digunakan Nabi dalam mendakwahkan islam antara lain:[15]
1.      Tahap Rahasia atau Perorangan
Dakwah yang dilakukan pada tahap ini adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosiopolitik yang belum stabil, dimulai dari diri sendiri dan keluarganya. Dakwah tersebut dilakukan di rumah Arqam bin Arqam


2.      Tahap Terang-terangan
Tahab secara sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun sampai turun wahyu berikutnya yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan.  Beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa menyeru untuk berhati-hati terhadap azab yang keras di hari kemudian.
3.      Tahap untuk Umum
Hasil dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat belum sesuai dengan yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya. Hal ini berdasarkan pada surat Al Hijr 94-95. Sebagai tindak lanjutnya, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah jama’ah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima kecuali kelompok haji dari Yastrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah dengan antusias.
Dua tahun kemudian, sekitar 75 utusan dari Yastrib meminta Nabi untuk tinggal di Yastrib dengan harapan dapat menjadi pendamai antara kabilah Khazraj dan Aws yang selalu bermusuhan. Setelah gagal dakwah di tanah kelahirannya dan di Thaif, Nabi mengijinkan 200 pengikutnya untuk pergi menghindar dari kekejaman kafir Quraisy dan pergi diam-diam ke Madinah.  Nabi sendiri menyusul dan tiba di Yastrib tanggal 24 September 622. Kejadian itu akhirnya sering di sebut sebagai hijrah. Hijrah yang mengakhiri periode Mekkah dan mengawali periode Madinah. [16]












BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
Jazirah arab adalah sebuah wilayah kering dan gersang namun cukup maju dalam beberapa hal. Misal, dalam perdagangan, perniagaan, persulaman, maupun sastra. Sebelum islam masuk, awalnya jazirah arab sudah masyhur. Jadi saat islam datang, intinya islam hanya meneruskan estafet kemajuan yang pernah dialami. Namun, kemajuan yang dialami saat islam masuk tidak lebih maju dari periode pra islam. Dibalik hal positif tersebut, ternyata kerusakan moral terjadi disana. Jadi, salah satu alasan mengapa islam masuk disana adalah untuk mengembalikan tatanan moral yang telah rusak itu.
Kelahiran Nabi Muhammad di Mekkah juga merupakan sebuah kabar gembira yang dengan demikian, Nabi dapat mengajarkan agama tauhid yang benar. Nabi menggunakan metode dakwah untuk menyebarkan islam. Dakwah yang dilakukan nabi ada tiga macam yaitu, dakwah secara sembunyi-sembunyi, secara terang-terangan dan secara umum. Walau demikian, Nabi tidak mendapat banyak pengikut di Mekkah. Akhirnya Nabi hijrah ke Madinah untu melanjutkan misi dakwahnya.
B.   Saran
Demikian yang dapat kami tulis dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan sebagai wawasan kita untuk mengetahui bagaimana peradapan pra islam dan periode Mekkah. Kritik dan saran sangat kami perlukan untuk proses penyempurnaan makalah ini, utamanya dari Dosen Pengampu mata kuliah dan dari teman-teman mahasiswa yang membacanya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf.



DAFTAR PUSTAKA


v  Hitti, K. Philip, 2005, History Of The Arabs, Jakarta:Serambi Ilmu Semesta
v  Fu’adi, Ahmad, 2011, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta:Teras
v  Nizar, Samsul, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana
v  Aizid, Rizem, 2015, Sejarah Peradaban Islam Lengkap, Yogyakarta:Diva Press
v  Yatim, Badri, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada


[1] Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafido Pustaka, 2010), hlm. 9.
[2] Rizem Aizid, Sejarah Peradban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 100.
[3] Ibid, hlm. 101.
[4] Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafido Pustaka, 2010), hlm. 10.

[5] Ibid, hlm. 120.
[6] Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafido Pustaka, 2010), hlm. 14.
[7] Ibid, hlm. 15.
[8] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 125.
[9] Ibid, hlm. 131.
[10] Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta: 2005), hlm. 139.
[11] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, ( Yogyakarta: Teras: 2011), hlm. 2.
[12] Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta: 2005), hlm. 140.

[13] Ibid, hlm. 141.
[14] Ibid, hlm. 142.
[15] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 5.
[16] Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta: 2005), hlm. 147.