Jumat, 14 April 2017

Perbedaan Metode Filsafat dakwah, ilmu dakwah dan dakwah

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Melihat realita perkembangan dakwah semakin lama tantangan yang dihadapi oleh da’i semakin sulit. Apalagi ditambah dengan perkembangan teknologi dan informasi, jauh makin sulit lagi. Memang pada kenyataannya dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Tapi di sisi lain dengan semakin berkembangnya hal itu, maka makin berkembang juga tantangan da’i dalam hal berdakwah. Karena dalam kasus seperti ini, informasi atau pesan yang diterima mad’u nantinya akan semakin mudah dan cukup banyak. Mad’u akan merasa bingung dengan apa yang diterimanya atau mungkin  salah penafsiran.
Berangkat dari kasus tersebut, maka da’i harus bijak menyikapi hal ini. Dan untuk mengatasi hal tersebut tentunya diperlukan sebuah cara-cara khusus yang tentunya masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan untuk menjawab tantangan dakwah era kontemporer ini. Diperlukan sebuah metode khusus bagaimana da’i berfikir dalam mengambil sebuah keputusan bijaksana atau dengan kata lain bagaimana metode da’i dalam berfikir filsafat dakwah. Karena sejatinya, berfikir filsafat dakwah itu sama halnya dengan berdakwah dengan cara mengambil kebijaksanaan atau cara berdakwah dengan penuh hikmah. Oleh karena itu, pada makalah kali ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana metode filsafat dakwah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian metode berfikir filsafat dakwah?
2.      Bagaimana metode berfikir filsafat dakwah?
C.    Manfaat dan Tujuan
1.      Sebagai salah satu topik bahan diskusi
2.      Untuk mengetahui pengertian metode berfikir filsafat dakwah
3.      Untuk mengetahui bagaimana metode berfikir filsafat dakwah
4.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Filsafat Dakwah”


BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Metode Berpikir Filsafat Dakwah
Berpikir dalam filsafat tentunya adalah berpikir yang realistik atau berpikir nalar (reasoning), bukan berpikir yang austistik. Dalam berpikir nalar akan ada aturan-aturan dan pola berpikir tertentu sehingga hasil berpikirnya mengandung unsur kebenaran dan ketepatan. Cara berpikir aturan tertentu inilah yang disebut dengan metode berpikir.[1] Berpikir sendiri merupakan aktifitas akal manusia dan tidak dapat dipisahkan dengan filsafat. Karena pengertian filsafat sendiri juga berpikir. Filsafat merupakan berpikir kepada sesuatu yang lebih dalam dan sifatnya sesuai nalar. Floyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir nalar, yaitu :[2]
1.      Berpikir deduktif, yaitu berpikir dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus
2.      Berpikir induktif, yaitu berpikir yang dimulai dari hal-hal yang khusus kemudian mengambil kesimpulan umum
3.      Berpikir evaluatif adalah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan
Menurut Jalaluddin Rakhmad, setiap proses berpikir yang dilakukan oleh manusia akan melibatkan semua proses sensasi, persepsi, dan memori. Artinya ketika manusia berpikir akan melibatkan alat indra untuk menangkap informasi dari lingkungannya.[3] Kemudian apa yang telah ditangkap oleh indra akan dipresepsikan oleh manusia. Dan setelah dipersepsikan akan masuk ke dalam memori. Di dalam memori inilah terjadi proses berpikir.
Secara umum metode berpikir filsafat adalah mengajukan kritik atas makna suatu fakta, pengalaman dan rumusan yang telah ada melalui proses analisis. Kemudian menarik secara umum dari fakta tersebut melalui proses sintesis dan akhirnya menilai baik buruknya atau tepat tidaknya suatu gagasan.[4] Sedangkan metode berpikir filsafat dakwah tentunya yang lebih ditekankan adalah berfikir filsafat yang dominanannya mengarah kepada islam. Metode berpikir dalam filsafat dakwah perlu mengikuti epistimologi keilmuan islam. Menurut Mulyadhi Kartanegara, ada dua pernyataan yang penting yang membedakan antara epistimologi islam dengan epistimologi barat, yaitu: Pertama, apa yang dapat kita ketahui dan kedua, bagaimana mengetahuinya.[5]Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode berpikir filsafat dakwah adalah suatu cara-cara berfikir secara kritis dan realitis yang digunakan untuk mengkaji islam menurut epistimologi islam.

B.     Metode Berpikir Filsafat Dakwah
Berfikir filsafat dakwah pada awalnya berasal dari adanya suatu masalah. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh da’i dalam proses dakwahnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut secara bijak, da’i dapat menggunakan metode. Menurut Nur Syam, dalam bukunya filsafat dakwah, pemahaman filosofis tentang ilmu dakwah menuliskan bahwa suatu masalah yang terjadi dapat dipecahkan dengan asumsi-asumsi dasar dan dapat pula langsung dihipotesiskan. Dari asumsi-asumsi dasar inilah terjadi proses berfikir deduktif dan akhirya akan melahirkan filsafat. Sedangkan dari hipotesis akan terjadi proses berfikir induktif dan melahirkan sebuah ilmu.
Menurut Mulyadhi Kartanegara ada tiga metode untuk mengetahui objek-objek ilmu, yaitu:[6]
1.      Melalui indra yang sangat kompeten untuk mengenal objek-objek fisik dengan cara mengamatinya
2.      Melalui akal yang mampu mengenal bukan saja melalui benda-benda indrawi dengan cara mengabstraksikan makna universal dari data-data indrawi, melainkan juga objek-objek non fisik dengan cara menyimpulkan apa yang telah diketahui menuju yang tidak diketahui
3.      Hati yang menangkap objek-objek nonfisik atau metafisika melalui kontak langsung dengan objek-objeknya yang hadir dalam jiwa seseorang
Menurut Abdul Basit ada ada beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman dalam berpikir menurut islam agar menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan nilai islam, yaitu:[7]

1.      Membebaskan pikiran dari belenggu taqlid
2.      Melakukan meditasi dan pencarian bukti atau data ilmiah empirik
3.      Melakukan analisis
4.      Membuat keputusan ilmiah yang diasarkan atas argumen dan bukti
Adapun metode berpikir filsafat dakwah secara umum tidak jauh berbeda dengan metode berpikir yang ada dalam filsafat pada umumnya, yaitu:[8]
1.      Berpikir deduktif
Berpikir deduktif yaitu berpikir dari hal-hal yang umum dan menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus. Berpikir deduktif umumnya digunakan dalam ilmu logika dan matematika. Jika metode ini digunakan untuk mengkaji filsafat dakwah, langkahnya bisa dilakukan dengan cara mengajukan kritik atas makna suatu kata, pengalaman atau rumusan yang telah ada. Selanjutnya dianalisis hingga menghasilkan keputusan terperinci
2.      Berpikir induktif
Berpikir induktif yaitu berpikir dengan cara menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian yang ada di sekitarnya. Langkangnya dengan cara melakukan observasi terhadap realitas yang ada
3.      Berpikir analogis
Berpikir analogis adalah mengambil kesimpulan dengan cara menggantikan apa yang telah diusahakan untuk dibuktikan dengan hal yang serupa, namun lebih dikenal
4.      Berpikir komparatif
Berpikir komparatif adalah mengambil kesimpulan dengan cara menghadapkan apa yang akan dibuktikan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan dengannya
Setelah mengetahui tentang metode berpikir filsafat dakwah, tentunya ada yang membedakan antara metode dakwah, metode filsafat dakwah dan metode ilmu dakwah. Beberapa perbedaan dari ketiga hal tersebut, yaitu:
1.      Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.[9] Bentuk-bentuk metode dakwah antara lain: 
a.       Al-Hikmah
Menurut Imam bin Ahmad Mahmud An-Nasafi arti dari hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan
b.      Al-Mau’idzah Al-Hasanah
Al-Mau’idzah Al-Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan pesan-pesan positif yang bisa dijadikan peedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat
c.       Al- Mujadalah
Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh kedua belah pihak secara sinergis, yang tidak menimbulkan permusuhan dengan tujuan agar lawan  menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dak bukti yang kuat
2.      Metode Ilmu Dakwah
Dalam pembahasan mengenai metode ilmu dakwah, maka hal ini tidak lepas dari epistimologi ilmu dakwah. Epistimologi ilmu dakwah merupakan usaha seseorang untuk menelaah masalah-masalah obyektifitas, metodologi sumber serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan menggunakan dakwah sebagai subyek bahasan (titik tolak berfikir)[10].
Menurut epistimologi dakwah ada beberapa metode yang digunakan dalam ilmu dakwah, yaitu:[11]
a.       Metode istinbaty
Penalaran dalam menjelaskan obyek kajian dakwah dengan cara menurunkan dari isyarat-isyarat Al Qur’an dan As Sunnah. Produk dari aplikasi metode ini menjadi teori utama dakwah yang menjadi acuan dalam membaca data-data penelitian dalam pengembangan ilmu dakwah.
b.      Metode iqtibasy
Penalaran dengan menjelaskan obyek kajian dakwah dengan meminjam pemikiran produk para pakar dakwah yang bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah, meminjam teori yang digunakan oleh disiplin antropologi secara kritis, ketika terjadi paradoks dan kontrakdiksi dengan teori yang diturunkan oleh teori pertama, maka teori pertama berfungsi untuk mengoreksi teori kedua.
c.       Metode istiqra’yi
Penalaran yang menjelaskan obyek kajian dakwah dengan metode ilmiah (science methode)
Dengan mengetahui perbedaan antara metode filsafat dakwah, metode ilmu dakwah dan metode dakwah, maka dapat disimpulkan bahwa antara ketiganya mempunyai satu kesamaan, yaitu tentang hal yang dikaji sama-sama dakwanhya. Tapi dari segi metodenya, jika metode filsafat dakwah itu merupakan metode dalam berfikirnya, sedang metode ilmu dakwah merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan seputar dakwah dan metode dakwah merupakan metode yang digunakan dalam berdakwah (prakteknya). Untuk mencapai sebuah proses dakwah yang baik dan tepat sasaran, maka antara ketiga metode ini harus dapat bekerja sama dengan baik.


BAB III
KESIMPULAN



A.            Kesimpulan
Metode  filsafat dakwah merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi setiap da’i. Dalam berdakwah yang menuju pada kebijaksanaan, maka filsafat mempunyai peranan dalam hal ini. Oleh karena itu, metode berfikir filsafat dakwah yang digunakan merupakan cara-cara berfikir yang dilakukan oleh da’i sebelum mereka mempraktikan ilmunya dan sekaligus kesempatan untuk mengkaji islam secara bijak dan hal ini sesuai dengan epistimologi islam. Floyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir nalar, yaitu :Berpikir deduktif, berpikir induktif, berpikir evaluatif adalah berpikir kritis.
Metode berpikir dalam filsafat dakwah perlu mengikuti epistimologi keilmuan islam. filsafat dakwah pada awalnya berasal dari adanya suatu masalah. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh da’i dalam proses dakwahnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut secara bijak, da’i dapat menggunakan metode. Adapun metode berpikir filsafat dakwah secara umum tidak jauh berbeda dengan metode berpikir yang ada dalam filsafat pada umumnya, yaitu: Berpikir deduktif, berpikir induktif, berpikir analogis dan berpikir komparatif.
Secara umum metode berpikir filsafat adalah mengajukan kritik atas makna suatu fakta, pengalaman dan rumusan yang telah ada melalui proses analisis. Kemudian menarik secara umum dari fakta tersebut melalui proses sintesis dan akhirnya menilai baik buruknya atau tepat tidaknya suatu gagasan. Sedangkan metode berpikir filsafat dakwah tentunya yang lebih ditekankan adalah berfikir filsafat yang dominanannya mengarah kepada islam. Jadi, metode filsafat dakwah merupakan suatu metode yang digunakan untuk berpikir memecahkan masalah yang berkaitan dengan dakwah dan dari hasil pemikiran itu nantinya akan muncul ilmu dakwah. Sedangkan proses dalam penerapannya berdakwah itu yang dinamakan metode dakwah. 
B.     Saran
Demikian yang dapat saya tulis dalam proses penyusunan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan sebagai wawasan kita untuk mengetahui bagaimana metode berpikir filsafat dakwah itu. Kritik dan saran sangat saya perlukan untuk proses penyempurnaan makalah ini, dan untuk tugas makalah berikutnya. Utamanya kritik dan saran dari Dosen Pengampu mata kuliah dan dari teman-teman mahasiswa yang membacanya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf.


DAFTAR PUSTAKA



Aripudin, Acep. 2007. Dakwah Damai. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset
Aziz, Ali. 2015. Ilmu Dakwah. Jakarta:Fajar Interpratama Mandiri
Basit, Abdul. 2013. Filsafat Dakwah. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Munir. 2006. Metode Dakwah. Jakarta:Prenanda Media Group
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya
Suisyanto. 2006. Filsafat Dakwah. Yogyakarta:Teras





[1] Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 33.
[2] Jalaluddin Rakhmad, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 68.
[3] Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 32.
[4] Ibid, hlm. 33.
[5] Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 34.
[6] Ibid, hlm.35.
[7] Ibid, hlm. 33.
[8] Ibid, hlm. 35.
[9] Munit, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2006), hlm. 7.
[10] Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, (Yogyakarta: Teras, 2006), hlm. 69.
[11] Acep Aripudin, Syukriadi sambas, Dakwah Damai, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007), hlm. 69.

pembahasan singkat dapat dilihat berikut Download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar