Jumat, 14 April 2017

NEWSCASTING

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jurnalistik adalah suatu teknik kepenulisan sebuah berita atau reportase. Jurnalistik atau kewartaan sering disamakan dengan juralisme, padahal jurnalisme tentu memiliki arti yang berbeda dengan jurnalisme. Jurnalisme dapat diartkan sebagai suatu ide-ide  yang mengutamakan sebuah kepentingan publik. Jurnalisme berasal dari kata journal yang memiliki arti catatatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jadi jelaslah sudah berbeda antara jurnalistik dan jurnalisme. Jurnalistik adalah sebuah teknik kepenulisannya, sedangkan jurnalisme adalah berita atau idenya yang akan disampaikan oleh serang jurnalis atau wartawan.
Kegiatan jurnalistik juga di bedakan berdasarkan pengelolaannya, ada dua pembagian besarnya yakni jurnalistik media cetak dan media elektronik atau penyiar. Jurnalistik media cetak contohnya seperti koran, majalah tabloid, dan lain sebagainya. Sedangkan media elektronik yang disiarkan contohnya adalah media elektronik audio visual atau media yang dapat didengar dan dilihat seperti televisi, dan media elektronik auditif atau yang hanya bisa di dengar contohnya adalah radio.
Jurnalistik media cetak dan penyiar memiliki beberapa karakteristik masing-masing, contoh dari karakteristik media cetak salah satunya adalah publisitas yang bearti suratkabar artinya bersifat umum, universidalitas yang bearti berita di media cetak harus memuat dari berbagai kejadian di seluruh dunia, dan lain sebagainya. Sedangkan beberapa contoh karakteristik dari media penyiar adalah dari segi anchornya, atau bagaimana penampilan sang anchor, lalu dari bahasa yang digunakan saat menyiaran berita di radio maupun televisi, serta narasumbernya. Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas tentang karakteristik media cetak dan penyiar dalam ruang lingkup komunikasi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah karakteristik jurnalistik di media cetak?
2.      Bagaimanakah karakteristik jurnalistik di media penyiar?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik jurnalistik di media cetak.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik jurnalistik di media cetak.
                                                                               


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Jurnalistik Cetak
Media cetak tentunya tidak daat dilepaskan dari media massa. Karena memang media cetak adalah bagian dari media massa. Media masa adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khlayak dalam jumlah besar atau yang disebut massa[1]. Secara Etimologis, media berasal dri bahasa latin Medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Sedangkan massa merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris mass yang berati massa atau jumlah besar dan sering diartkan sebagai massa,  rakyat, atau masyaakat. Dengan kata lain massa merupakan masyarakat atau publik, dalam hal ini penerima pesan media.
Dalam kamus bahasa Inggris, kata journal diartikan sebagai pelaporan, pencatatan, penulisan atau perekaman kejadian. Hohn m echols dan Hasan Shandaly dalam kamus Inggris-Indonesia mengartikan journal dengan majalah, surat kabar, dan diary atau buku harian. Journalist sendiri diartikan mengenai kewartawanan. Dari asal-usul arti etiomologis kita mendapat beberapa hal yang membangun konsep journalistik, antara lain: catatan kejadian, kewartawananan dan surat kabar. Jadi secara umum, jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebar luasan informasi berupa berita, feature dan opini melalui media masa.[2]
Menurut A. Muisdefinisi jurnalis sangat banyak dan memiliki banyak kesamaan arti. Semua definisi jurnalistik masuki unsur media massa, penulisan berita dan waktu tertentu (faktual). Jurnalis adalah tindakan desemininasi (penyampaian secara gamblang) informasi, opini, dan hiburan untuk orang ramai (publik) yang sistematis dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern.[3] Sedangan secara umum, jurnalis dibagi menjadi dua kategori, yaitu jurnalis cetak dan jurnalis penyiaran. Jurnalis cetak meliputi koran, majalah, tabloit dan jurnalis penyiaran meliputi telivisi dan radio. Berikut beberapa karakteristik dari jurnalis cetak, yaitu:
1.      Membacanya merangsang orang untuk berpikir aktif dan mencerna secara reflektif dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca atau masyarakat disamping memungkinkan untuk mengulas permasalahann secara lebih mendalam dan lebih spesifik.
2.      Media cetak, baik koran maupun majalah relatif lebih jelas siapa masyaraat konsumennya. Sementara media elektronik sering kali sulit mengetahui siapa konsumen media tersebut.dengan demikian, koran atau majalah lebih mewakili opini publik kelompok masyarakat tertentu.
3.      Kritik sosial yang disampaikan oleh media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya.
4.      Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana, disimpan, mudah dbaca kapan saja dan tidak terikat.
5.      Dalam hal penyajian sebuah iklan walaupun media cetak kalah ineteraktif dan menarik dibanding media eletronik namun dalam sisi laain dapat disampaikan secara informtif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Adapaun ciri surat kabar menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA sebagai berikut:[4]
1.      Publisitas
Pengertian publisitas adalah bahwa surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas yang menerbitkannya secara berkala dalam bentik dan kualitas-kualitas harian umum tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas tersebut.
2.      Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik di dalam negeri untuk meliput berita-berita nasional maupun diluar negeri guna meliput berita-berita internasional. Untuk itu ada wartawan olahraga, wartawan politik, wartawan ekonomi, wartawan kriminalitas, wartawan perang dan lain-lain.
3.      Aktualitas
Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.
4.      Periodisitas
Yang berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus teratur.
Selain ada beberapa karakteristik jurnalistik, terdapat pula beberapa karakteristik dalam bahasa yang digunakan dalam jurnalistik. Beberapa karakteristik tersebut, adalah sebagai berikut[5]:
1.      Sederhana
2.      Singkat
3.      Padat
4.      Lugas
5.      Jelas
6.      Jernih
7.      Menarik
8.      Demokratis
9.      Populis (akrab di telinga)
10.  Logis
11.  Gramatikal
12.  Menghindari kata tutur
13.  Menghindari kata dan istilah asing
14.  Pilihan kata (diksi) yang tepat
15.  Mengutamakan kalimat aktif
16.  Menghindari kata atau istilah teknis
17.  Tunduk kepada kaidah etika
B.     Karakteristik Media Penyiaran
1.      Sejarah Penyiaran
Akhir tahun 2005 merupakan tanggal terakhir masa penyesuaian jasa penyiaran televisi dengan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran “isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% mata acara yang berasal dari dalam negeri”. Sedangkan untuk jasa penyiaran radiomasa penyiarannya sudah habi tahun 2004. Karena untuk jasa Televisi memiliki kelonggaran lain, yakni soal sistem relay yang masih diberi jatah 2 tahun lagi untuk menyesuaikan dengan sistem berjaringan. Sebagaimana seperti yang dijelaskan UU diatas.
Sebenarnya UU No. 32 Tahun 2002 lahir dengan dijiwai semangat demokrasi dan desentralisasi roh dari demokrasi karena dikembalikan sebesar-besarnya kepada kemanfaatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Dari sini kekuasaan rakyat terhadap penyiaran dapat ditegakkan. Apabila kita tengok ke belakang sebelum lahirnya UU No. 32 Tahun 2002, bahwa praktik penyiaran merupakan praktik penindasan karena ketika itu praktik penyiaran harus berorientasi pada pelanggaran previligi sosial, ekonomi, dan politik rezim penguasa.
Sedangkan apabila dilihat dari pengelolaan penyiaran itu sendiri merupakan medium komunikasi massa yang terdapat 3 paradigma: pertama, otoritarianisme merupakan  paradigma paling tua dengan sejarah rezim  otoriter dan menempatkan penyiaran sebagai media alat propaganda pemerintah. Kedua, paradigma liberal, merupakan antitesis paradigma otoriter. Dalam paradigma ini hukum industrial pemilik modal menjadi otoritas sebuah media. Jadi dalam sistem ini kontrol terhadap media penyiaran. Keitga, paradigma tanggung jawab sosial yang merupakan pengembangan sekaligus kritik terhadap paradigma liberal. Prinsip dari paradigma ini adalah bahwa penyiaran harus lepas dari intervensi pemerintah tetep dipertahankan. 
2.      Sistem Penyiaran
a.       Kegiatan Penyiaran
Penyiaran atau siaran memiliki fungsi yang sama dalam media massa yaitu fungsi mendidik, menghibur, mempromosikn, menjadi agen perubahan sosial, dan melakukan kontrol sosial serta mentransfer nilai-nilai budaya. setiap mata acara direncanakan, diproduksi dan ditampilkan kepada khalayak dengan isi pesan yang bersifat edukatif, informatif, persuasif, dan komunikatif. pengelolaan siaran, khususnya dalam hal programming, diselenggarakan pada kesadaran bahwa “siaran memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun dan menghancurkan masyarakat.
Penyiaran di Televisi memiliki daya penetrasi yang sangat kuat terhadap individu dan kelompok atau masyarakat, sehingga siaran televisi dapat menimbulkan dampak yang luas dimasyarakat. dengan demikian kegiatan penyiaraan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      Merencanakan program atau mata acara.
2)      memproduksi atau melaksanakan program.
3)      menyiapkan pola acara, baik harian, mingguan, bulanan, triwulan, atau per semester.
4)      menyelenggarakan siaran, baik secara artistik maupun jurnalistik.
5)      mengadakan kerja sama dengan lembaga penyiaran lain.
6)      mengadakan kerja sama dengan production house.
7)      mengadakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
8)      mengadakan penelitian dan pengembangan.
9)      menyelenggarakan pertukaran berita dan program dengan lembaga penyiaran, baik dari dalam maupun luar negeri.
10)  menjual program dan melakukan. 
Output penyelenggaraan penyiaran adalah siaran. siaran adalah suatu produk yang sangat potensial untuk digunakan untuk tujuan-tujuan ideal dan pragmatis. siaran, baik radio maupun televisi sudah berkembang menjadi mata dagang atau komoditi dengan sasaran khalayak sebagai konsumen. siaran dapat dijual dan diapakai untuk sarana menjual produk atau jasa. hal ini dikarenakan sarana khalayak yang dapat dijangkau melalui siaran relatif sangat luas, apalagi televisi meliliki daya stimulasi yang sangat tinggi terhadap khalayak.
1.         Perangkat Siaran
a.       perangkat keras
1)      sarana dan prasarana
2)      pemancar dan perangkatnya
b.      perangkat lunak
1)      manusia yang mengelola siaran
2)      program
2          Sistem Penyiaran
a.       sistem terrestrial
sistem ini yang memancarkan signal di atas permukaan tanah dengan menggunakan microwave.
b.      sistem satelit
sistem penyiaran membutuhkan satelit. satelit komunikasi adalah satelit yang dipergunakan khusus unruk keperluan komunikasi.
c.       sistem direct broadcasting satelite (DBS)
1)      daya pancar transponder satelit diperbesar
2)      pancaran diarahkan pada sasaran
d.      sistem kabel dan serat optic
1)      sistem kabel
2)      sistem serat optic
3)      sistem gabungan
3.          Jenis-jenis Penyiaran
a.       lembaga swasta
lembaga penyiaran yang menjalankan usaha penyiaran berdasarkan prinsip-prinsip komersial. lembaga ini menjual usaha berupa waktu tayanag (air time), iklan, dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
b.      penyiaran public
lembaga yang tidak bersifat komersial/ independent/ netral dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan publik.. sumber pendanaan berasal dari negara, iuran, iklan dan donatur yang tidak mengikat. ada 5 ciri penyiaran publik menurut Efendi Gazali:
1)      akses public
2)      dana public
3)      akuntabilitas public
4)      keterlibatan public
5)      kepentinga public
c.       lembaga penyiaran komunitas
Suatu lembaga yang didirikan oleh komunitas tertentu yang menjalankan aktifitas penyiaran secara independent/netral, daya pancar rendah. jangkauan wilayah terbatas, tidak komersial, dan melayani kepentingan komunitas. mengguanakan bahasa daerah sesuai dengan komunitas yang dilayaninya.
d.      lembaga penyiaran berlangganan
Bentuk penyiaran yang memancar luaskan atau menyalurkan materinya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya
4.      Penyiaran di Televisi
a.       Penampilan anchor (penyaji berita)
Dengan penampilan audio visual, televisi mampu memberi alternatif tontonan yang informatif. Dalam kondisi apapun  televisi mampu member suguhan yang menyenangkan.  Alhasil, ketika berhadapan dengan media surat kabar orang hanya membaca headline, tetapi ketika menonton televisi khalayak begitu pasrah menerima apa saja yang disuguhkan. Namun demikian, tetap ada kelebihan dalam membaca surat kabar dibandingkan dengan menonton tv. Dengan membaca surat kabar khalayak mendapatkan informasi lebih di banding menonton televisi, karena untuk berita-berita tertentu media ini mampu menyajikan lebih detail dan terperinci.
Selain itu kedudukan seorang anchor (penyaji berita) dan reporter di monitor juga mempengaruhi persepsi dan penerimaan penonton. Anchor yang tampak memiliki integritas dan smart (cerdas) mampu menghipnotis penonton untuk memelototi tayangan berita. Penampilan anchor yang santai, bersahabat, komunikatif mampu mengajak penonton untuk lebih antusias mengikuti tayangan berita. Sebaliknya, jika penampilannya terlalu kaku, formal sekali, dan kurang bersahabat, serta tidak kelihatan integritasnya maka bisa jadi penonton langsung memindahkan channel televisinya.[6] 
b.      Narasumber
Berkaitan dengan penyampaian berita seorang reporter televisi harus mampu mengambil angel (sudut pengambilan) materi berita secara variatif. Bisa jadi dalam sebuah berita penyusunannya mendahulukan pendapat narasumber yang langsung diuraikan oleh reporternya. Tapi pada kesempatan lain mungkin sebaliknya, uraian reporter didahulukan  untuk kemudian disusul pendapat narasumber. Kepandaian menyusun bahan berita inilah yang menjadi tuntutan seorang reporter televisi.
Selain itu, news editor juga harus lihai mengikuti kemauan reporter. Bila jadi reporter menginginkan angel tertentu dari berita yang dibuat tapi editor kurang jeli menangkapnya. Akan tetapi karena berita TV umumnya straight news maka dengan durasi hanya satu menit proses pembuatan dan editing gambarnya tidak terlalu rumit. Yang penting angel gambar dan beritanya.
Dalam kaitan dengan proses editing berita ini, Onong Uchana Effendy memberikan istilah naskah kamera. Menurutnya bagi penulis naskah karma bukan hanya factor-faktor yang menyangkut what dan how yang harus dipahami, tetapi juga jawaban terhadap  pertanyaan why (mengapa) itu yang harus dilakukan dan  mengapa begitu yang harus dilakukan.[7]
c.       Bahasa
Bahasa jurnalistik  elektronik tetap menggunakan  standart EYD (ejaan yang disempurnakan). Karena jurnalistik radio maupun televise mempunyai sifat intimacy (kedekatan/intim), maka ada perbedaan yang menyolok antara bahasa jurnalistik televisi dengan bahasa jurnalistik cetak. Jika media cetak menekankan pada aspek bahasa formal, maka media radio maupun televisi menekankan pada aspek bahasa informal.[8]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara Etimologis, media berasal dri bahasa latin Medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Sedangkan karakteristik dari media cetak salah satunya adalah universalitas, publisitas, aktualitas, dan periodisitas.
Sedangkan di media penyiaran sendiri media yang digunakan adalah televisi. Dan media penyiar sendiri memiliki sistem dan kegiatan penyiran sendiri penyiaran atau siaran memiliki fungsi yang sama dalam media massa yaitu fungsi mendidik, menghibur, mempromosikn, menjadi agen perubahan sosial, dan melakukan kontrol sosial serta mentransfer nilai-nilai budaya. setiap mata acara direncanakan, diproduksi dan ditampilkan kepada khalayak dengan isi pesan yang bersifat edukatif, informatif, persuasif, dan komunikatif.


DAFTAR PUSTAKA
 
Baksin, Askurifai. 2006.  Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekamata Media
Darmastuti,  Rini. 2012.  Media Relations: Konsep, Strategi, dan Aplikasi. Yogyakarta: CV andi Offset
Effendy , Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya
Mabruri, Anton. 2013. Dasar-Dasar Program Acara TV.  Jakarta: Grasindo,
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Riswandi. 2009. Dasar-dasar Penyiaran. Jakarta: Graha Ilmu
Sumaridia, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik: Penduan Praktis Penulis dan Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.






[1] Rini Darmastuti, Media Relations: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: CV andi Offset, 2012), hlm. 57.
[2] Anton Mabruri, Dasar-Dasar Program Acara TV, (Jakarta: Grasindo, 2013), hlm. 34.
[3]Ibid, hlm. 35.
[4]Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remadja Rosdakarya, 1993), hlm. 154.
[5] AS Haris Sumaridia, Bahasa Jurnalistik: Penduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 13-20
[6]Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekamata Media, 2006), halaman 64.
[7]Ibid, halaman 66.
[8]Ibid, halaman 69.

Materi penjelasannya dapat dilihat disini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar