Sabtu, 15 April 2017

MEDIA DAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Kajian sosiologi Komunikasi adalah perspektif yang sudah cukup lama, namun baru akhir-akhir ini dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir Indonesia menjadi perhatian serius karena begitu besar desakan yang melahirkan berbagai media massa serta booming tekhnologi komunikasi yang begitu dahsyat.[1] Karena memang di Indonesia sendiri tekhnologi komunikasi sedang berkembang dengan pesat. Maka dalam memenuhi permintaan pasar terhadap media massa banyak sekali pengusaha media massa untuk kepentingan politik maupun pemenuhan sebuah komunikassi massa di Indonesia.
Dalam melahirkan banyak media massa, komunikassi sendiri banyak meminjam ilmu lain dalam mengembangkan keilmuannya sendiri. Seperti yang kita bahas ini adalah ilmu komunikasi meminjam ilmu sosiologi karena untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhan sosial ilmu komunikasi itu sendiri. Dengan mempelajari ilmu sosiologi terlebuh dahulu akan mempermudah kita dalam mengetahui dampak, efek, perubahan dan keinginan masyarakat terhadap media massa yang disalurkan melalui komunikasi massa.
Persoalan-persoalan penting dalam sosiologi komunikasi berhubungan dengan substansi interaksi orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan mengguanakn media komunikasi, serta semua konskuensi yang terjadi dari seluruh proses komunikasi tersebut.[2]
Dalam memecahkan masalah-masalah interaksi khususnya interaksi yang menggunakan media massa perlu teori-teori maupun ilmu yang sudah lahir sebelumnya. Yakni ilmu sosiologi dan ilmu komunikasi. Berinteraksi didalam media massa pasti akan menimbulkan sebuah efek perubahan di dalam masyarakat, efek perubahan itu saling berkaitan dengan saluran komunikasi massa, media massa dan audiance. Yang akan kita bahas dalam makalah ini deng rumusan masalah sebagai berikut.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana keterkaitan komunikassi massa?
2.      Apa saja efek-efek dan hasil dari komunikasi massa?
3.      Apa saja teori komunikasi massa?
4.      Bagaimana pengaruh komunikasi massa terhadap audiance?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui keterkaitan komunikasi massa.
2.      Mengetahui efek-efek dan hasil dari komunikasi massa.
3.      Mengetahui teori-teori komunikasi massa.
4.      Mengetahui pengaruh komunikasi massa terhadap audiance.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keterkaitan Komunikasi Massa
            Komunikasi massa telah merubah ciri interaksi sosial dan bentuk pengalaman masyarakat modern. Ahli teori komunikasi media, Harold Innis dan Marshall McLuhan, berpendapat bahwa media teknik yang berbeda dapat membantu menciptakan lingkungan aksi dan interaksi yang berbeda pula. Menurut mereka, bentuk dari media terlepas dari isi spesifik pesan yang dibawa  dan memiliki dampak terhadap kehidupan sosial. Mereka telah menyoroti kenyataan bahwa interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh setiap bentuk transmisi media.
            Kini kita hidup di tengah masyarakat dimana bentuk-bentuk penyebaran simbol-simbol dapat dengan menggunakan media elektronik telah menjadi hal yang lazim dan menjadi model transmisi budaya. Kebudayaan modern pada tingkatan lebih tinggi adalah kebudayaan adalah sebuah kebudayaan yang dimediasi secara elektronik dan model-model transmisi secara oral, tulisan maupun media eletronik. [3] Beberapa cara peyebaran media teknik yang berelasi dengan kehidupan publik dan privat adalah sebagai berikut:[4]
1.      Interaksi Melampaui Ruang Dan Waktu
      Media teknik memungkinkan melalukan interaksi dengan orang lain melampaui jarak ruang dan waktu, sekalipun sifat informasi yang termediasi secara signifikan berbeda dari jenis interaksi yang berada dalam situasi yang berhadap-hadapan. Kondisi tersebut memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam suatu jarak tertentu dan memperkenalkan penundaan tempo dalam proses komunikasi yang ditentukan oleh waktu yang secara fisik dibutuhkan untuk mengirim surat dari tempat asal ke tempat tujuan.
      Perkembangan media teknik komuikasi massa memiliki konsekuensi lebih lanjut pada pembentukan interaksi sosial dalam ruang dan waktu. Media komuniasi massa meluaskan penyediaan simbol-silmbol dalam ruang dan waktu, hal itu terjadi dalam kondisi yang memungkinkan munculnya jenis interaksi termediasi tertentu antara produsen dan orang yang menerimanya. Karena itu komunikasi massa berbentuk perubahan yang fundamental antara produksi dan resepsi bentuk-bentuk simbol, ia memungkinkan jenis-jenis informasi tertentu melampaui ruang dan waktu yang dapat kita gambarkan dengan kuasa interaksi termediasi. Disebut interaksi karena mencangkup individu yang melakuka komunikai dengan orang lain. Disebut kuasa interaksi karena arus komuniksi tersebut hanya berlangsung satu arah dan respon yang dapat diberikan individu yang menerimanya sangan terbatas.
2.      Tindakan berjarak
      Adanya media teknik memungkinkan individu melakukan komunikasi dengan cara baru dan efektif, dan individu mulai merubah cara komunikasinya untuk menyesuaikan dengan kesempatan yang ditawarkan oleh adanya penyebaran media teknik. Dengan memeperhatikan bagaimna cara-cara kerangka interaksi dirubah oleh adanya penyebaran media teknik komunikasi massa, contah saja hanya pembatan pada media televisi. Bertindak dan berkomunikasi dengan pemeirsa televisi merupakan kegiatan yang umumnya merupakan pengaruh arus balik yang tidak langsung dan terus menerus baik secara oral maupun visual.
      Ketidakmenentuan interaksi ini biasanya diselesaikan dengan beberapa strategi.  Strategi tersebut mengatur dan mengarahkan tindakan dan ucapan indiviu ketika hendak berkomunikasi melalui televisi. Tepatnya bagaimana dan dalam tingkatan apa. Diantaranya sifat suatu program, posisi dan status individu, serta kemungkinan teknis dan kesempatan praktis. Setiap keberadaan media televisi memunculkan sebuah kategori atau beberapa kategori tndakan atau beberapa kategri tindakan yang dapat ditelevisikan.  Artinya dapat dianggap layak untuk ditransmisikan melalui televisi  unruk suatu jarak ruang dan kemungkinan yang lebih luas.
3.      Tindakan merespons orang lain yang berjarak
      Sebagaimana media teknik yang memungkinkan individu bertindak untuk orang lain yang berjarak jauh, demikian juga ia dapat menciptakan kesempatan baru bagi individu untuk merespon orang lain yang berjarak jauh. Dengan perkembangan media massa terutama televisi, sikap dan lingkup tindakan responsif meningkat. Meningkat dalam artian banyak individu yang merespon orang lain yang berjarak. Kini pesan dapat diterima oleh audiens yang terdiri dari jutaan orang, menyebar melewati kesatuan konyeks ruang dan waktu yan berbeda. Individu dapat bertindak dengan cara lain dalam merespon apa yang mereka terima. Dalam komuniksi massa, kuasa interaksi tidak dapat dipantai oleh komunikatornya. Orang yang menerima pesan dari media massa biasanya biassanya mampu meresponn pesan yang diterimanya dengan berbagai cara, dan ketidak leluasaan ketika melakukan tindakan responsif  disebabkan oleh sifat kuasa interaksi termediasi itu sendiri daripada kondisi tempat berlangsungnya proses penerimaan
4.      Pengaturan kegiatan penerimaan masyarakat
      Penyebaran media teknik berdampak pada aksi dan interaksi dalam berbagai hal. Dia membangun konteks yang baru dan dan individu secara rutin terlibat dalam proses penerimaan dan pengambilan pesan media. Aktifitas penerimaan pesan media diatur secara sosial, ruang dan waktu dan aktifitas penerimaan secara komplekssilang meyilang dengan aktifitas sehari-hari.            
B.     Jenis-jenis efek
Keith R. Stamm dan John E. Bowes membagi jenis-jenis efek komunikasi massa yaitu efek primer dan efek sekunder. efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).
1.      Efek primer
Untuk memahami efek dari komunikasi massa kita akan memperjelasnya melalui suatu kasus seperti ini. Misalnya anda menelpon teman anda untuk mengajak bermain bulutangkis pada hari jumat sore. “Efek” pertama terjadi jika ada jawaban teman anda lewat telepon, misalnya dengan suara “hallo”. Kemudian, anda harus yakin bahwa teman anda tersebut mendengar suara anda dengan jelas. Lalu anda harus menyampaikanpermintaan anda agar dia dapat mengerti maksud anda. Dan, akhirnya anda menginginkan jawaban seperti ini, “wah dengan senang hati” dari teman tadi. Hasil dari tiga point yang pertama adalah efek primer, sedangkan yang terakhir adalah efek sekunder komunikasi. Bahkan ketika teman anda tersebut menjawab, “maaf, saya sangat sibuk hari ini”. Itupun juga termasuk efek dan bisa dimasukkan dalam efek sekunder karena dalam kasus itu ada perubahan perilaku (memilih untuk tidak mengikuti permintaan anda).
Contoh diatas dapat dijadikan ulasan untuk mrngelompokkan dan memberi batasan mana yang termasuk primer dan mana yang termasuk sekunder.
Ketika sebuah pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya kadang masih sulit untuk dimengerti. Sebagaimana komunikator dalam komunikasi antarpersona, biasanya ia langsung mengetahui bahwa pesannya tidak bisa di mengerti. Akan tetapi di dalam komunikasi massa sering kali komunikator tidak mengetahui apakah pesannya bisa dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam komunikasi massa itu sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah pesan yang disiarkan bisa dipahami. Apalagi audiance nya menyebar atau tidak mengumpul (heterogen). Dalam masalah yang seperti ini,sebenarnya komunikator dan komunikasi massa sudah berusaha supaya pesan-pesan yang disampaikan bisa dipahami audiance.
Maka, Formula menarik (readability formula) merupakan sebuah penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah pesan-pesan yang disampaikan oleh saluran komunikasi massa dapat dipahami oleh audiance. Formula menarik ini dapat digunakan untuk meramalkan seberapa jauh pemahaman audiance terhadap suatu pesan.
Selain menggunakan formula menarik, biasanya media massa juga menggunakan market research (penelitian pasar) yang bertujuan untuk mengetahui siapa profil pembacanya, rubrik apa yang disenangi dll. Namun, formula ini masih sangat terbatas. Formula ini hanya lebih banyak berurusan dengan masalah pasar, dan dalam formula ini tidak dapat diketahui apa sebaiknya yang harus dipilih agar pesan dapatdipahami dengan lebih baik.
Jadi, terpaan media yang mengenai audiance menjadi salah satu bentuk efek primer. Akan lebih bagus lagi jika audiance tersebut memperhatikan pesan-pesan media massa. Sama seperti kita memperhatikan orang yang sedang berbicara, ketika kita memperhatikan berarti ada efek primer yang terjadi diri kita. Ketika diradio disiarkan tentang kecelakaan beruntun di jalan tol dan kita tertarik untuk mendengarkannya, efek primer juga melekat pada diri kita. Bahkan jika kita memahami apa yang disiarkan media massa itu sama saja semakin kuat efek primer terjadi.
2.      Efek sekunder
Dalam memahami efek sekunder kita akan membahas efek kegunaan dan kepuasan (uses and gratification). Efek ini diyakini lebih menggambarkan secara konkret realitas yang terjadi di masyarakat. Jadi, bisa dikatakan bahwa uses and gratification merupakan efek sekunder komunikasi massa.
Untuk melihat pengaruh dari efek ini, Swanson (1979) berpendapat bahwa ide dasar yang melatarbelakangi efek ini adalah “audiance” aktif di dalam media massa. Tidak seperti efek peluru atau jarum hipodermik (yang mengatakan bahwa audiance pasif). Dalam menikmati media massa audiance akan memilih isi media yang menjadi tujuannya. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhnnya. Jika keinginan sudah terpenuhi melalui saluran komunikasi massa berarti individu mencapai tingkat kepuasannya (Keith R. Stamm dan John E. Bowes, 1990)
Menurut John R. Bitner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audiance, tetapi juga bagaimana audiance mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya. Faktor interaksi yang terjadi antar individu akan ikut memengaruhi pesan yang diterima. Ini jelas bertolak belakang dengan asumsi efek peluru atau hipodermik.
Studi awal mengenai efek ini dilakukan oleh Herta Herzog hampir 40 tahun yang lalu. Setelah Herzog  melakukan studi pengaruh pendengar dan penonton opera sabun (opera soap), banyak bermunculan studi-studi dengan memakai pendekatan kegunaan dan kepuasan yang mulai marak di kampus-kampus. Salah satu studi yang pernah dilakukan adalah untuk melihat pandangan dan motivasi mahasiswa pada dua wilayah yang berbeda pada sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa dikategorikan dalam penonton primer (primary viewers) dan penonton sekunder (secondary viewers). Penonton primer adalah orang yang menonton dengan maksud tertentu dan merencanakan waku dan program tertentu apa yang akan dilihat, sedangkan penonton sekunder adalah orang-orang yang mempunyai aktivitas lain ketika sedang menonton televisi (John R. Bitner, 1996). Dari sini, maka anda akan bisa memastikan anda berada dalam kelompok mana, primary viewers atau secondary viewers. Namun yang jelas saluran televisi telah menyuguhkan program acara yang bisa memuaskan penontonnya.
Masih dalam contoh diatas, bahwa yang menikmati opera sabun sebagai alat hubungan sosial dengan orang lain maka disebut keguanaan sosial, misalnya, mereka mendiskusikan acara yang sama-sama telah mereka lihat.  Dalam kasus lain stamm dan kawan-kawannya (1976) melihat mengapa orang-orang membaca surat kabar. Stamm mengamati tradisi orang-orang membaca surat kabar. Stamm mengamati tradisi orang-orang yang awalnya bukan pelanggan surat kabar kemudian menjadi pelanggan. Seorang pendatang disuatu kompleks perumahan yang awalnya bukan pelanggan akan menjadi pelanggan surat kabar untuk memenuhi kebutuhan sosial dilingkungan yang baru tersebut. Apalagi mereka yang mempunyai sifat individualisme tinggi, semakin tinggi sifat individualisme seseorang, kebutuhan untuk berlangganan surat kabar semakin besar. Alasannya, mereka sudah cukup terpuaskan mengetahui banyak informasi lingkungan yang baru dari surat kabar.
C.    Beberapa Efek Lain dan Hasil
Erat kaitannya dengan konsep aliran pesan adalah studi tentang bagaimana media massa menyebarkan informasi.
Difusi Informasi
Lewat media massa, kita mempelajari inovasi, penemuan, kecelakaan, pembunuhan, revolusi, dan bencana alam. Seberapa lama kita mendengar peristiwa itu setelah kejadiannya dan dari sumber mana merupakan kajian orang-orang yang tertarik pada difusi informasi yaitu, seberapa cepat berita atau informasi yang bergerak dan lewat saluran mana untuk sampai kepada masyarakat penerima. Dalam konteks penyebaran berita utama, yang dikutip oleh Deutschmann dan Danielson dalam bukunya Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss yang berjudul HUMAN COMMUNICATION yaitu,  difusi dilukiskan sebagai proses yang memungkinkan “fakta suatu berita merembes kedalam aliran kehidupan masyarakat, menyebar melalui aliran kehidupan tersebut, mewarnainya, mengubah coraknya, mencapai dan mempengaruhi hampir setiap orang didalamnya.[5]
Terdapat bukti bahwa cara penyebaran informasi akan tergantung pada pentingnya informasi tersebut. Menurut Greenberg yang mengutip dalam bukunya Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss yang berjudul HUMAN COMMUNICATION, bila peristiwa yang diberikan merupakan suatu krisis penting “saluran-saluran antarpesona juga sama pentingnya seperti media massa dalam menyebarkan informasi pertama”. Komunikasi orang ke-orang juga akan berperan penting dalam menyebarkan informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang kurang dikenal. Namun, bagi berita-berita yang cukup penting, medi massa akan menjadi sumber pertama informasi yang paling luas.
Seperti yang ditekankan Wright dan pakar-pakar lainnya, adalah penting untuk menganggap peranan komunikasi tatap muka dan peranan komunikasi massa sebagai komplementer daripada saling meniadakan. Kadang-kadang perjumpaan dengan seorang kawan yang mengabarkan suatu berita baru akan mendorong seseorang untuk memantau media massa untuk mengetaui informasi lebih jauh. Atau suatu yang anda ketahui dari suatu media massa akan mendorong anda untuk berdiskusi dengaan seseorang yang kemudian menambah pengetahuan anda mengenai peristiwa tersebut, karena rincian-rincian yang ia berikan ternyata tidak dimuat artikel majalah yang anda baca atau tidak disebutkan ringkasan berita televisi yang anda ikuti. Juga kadang-kadang kita mengalami terpaan komunikasi massa seraya ditemani orang lain, sehingga ada interaksi antara apa yang disampaikan media massa dan kesadaran akan respons pribadi terhadap rangsangan komunikatif tersebut.[6]

Perdebatan antara Kennedy dan Nixon telah terjadi fokus banyak kajian, dan ada konsensus pendapat bahwa terpaan terhadap debatlewat media massa mempunyai sedikit pengaruh terhadap perubahan pilihan awal. Seperti yang ditunjukkan banyak penelitian, ketika para pemirsa ditanya tentang siapa yang “menang”, para pendukung Kennedy cenderung melihat Kennedysebagai pemenang perdebatan, sementara kebanyakan pendukung Nixon melihat Nixon sebagai pemenang. Kita juga melihat contoh-contoh lain seperti dalam perdebatan presidensial.
Sebagai akibat penyaksian perdebatan, sebagian orang lebih mengetahui isu-isu sehingga ada perolehan informasi, namun mereka juga membentuk kesan tentang para kandidat melalui isyarat-isyarat nonverbal mereka. Jadi tampaknya terpaan pendangan lain lewat media massa sering sekedar memperteguh sikap atau opini awal penerima. Banyak kajian tentang perilaku memilih untuk menegaskan kecenderungan ini.[7] 
D.    Belajar Sosial lewat Model Peranan
Dalam mempelajari perilaku baru, tidak selalu perlu bagi kita untuk menanpilkan perilaku dan untuk diperteguh. Kita juga mempelajari respons baru dengan sekedar mengamati respons itupada orang lain. Proses ini disebut pemodelan atau imitasi. Pemodelan berlangsung sepanjang hidup seseorang, namun terutama selama masa formatif kanak-kanak. Lewat media massa, anak-anak mengembangkan gagasan mengenai berbagai pekerjaan, status, dan perolehan materi yang diperoleh orang-orang berdasarkan pekerjaan-pekerjaan mereka.
Media massa juga menyediakan sejumlah model peranan lain, seperti cara pendefinisian peranan wanita oleh sebagian media massa. Tidak perlu lama dduduk di depan televisi untuk melihat wanita mengeluh bahwa kemeja suaminya kotor atau piring-piringnya tidak mengkilat seperti milik tetangga. Kesan umum pemirsa adalah bahwa wanita eksis terutama dalam situasi domestik dan kepedualian mereka berpusat terutama disekitar rumah, suami, dan anak-anak.[8]
Media massa juga bergerak dengan perubahan sosial. Banyak majalah wanita tradisional memuat artikel-artikel mengenai wanita yang memutuskan untuk tidak menikah atau wanita yang mengolah rumah tangga, namun juga meniti tangga karier dan majalah-majalah baru seperti Working Woman dan Working Mother mencerminkan kebutuhan-kebutuhan wanita dalam tahun 1990-an.[9]
Berang kali perubahan yang lebih signifikan daripada perubahan-perubahan tersebut dalam isi media adalah perubahan dalam susunan penjaga gawang komunikasi massa. Data dari FCC menunjukkan bahwa meskipun selama lebih adri lima tahun telah tersedia semakin banyak kesempatan kerja dalam penyiaran bagi kaum wanita dan minoritas, mereka lebih cenderung memperoleh pekerjaan tata usaha yang bergaji lebih rendah.
Dalam suatu penelitian tahun 1990 mengenai kaum wanita dan minoritas sebagai pembuat berita dan koresponden jaringan, jenis-jenis berita dan orang-orang yang mereka liput, Ziegler dan White menemukan bahwa selama 25 tahun terakhir hanya ada sedikit kemajuan tentang bagaimana minoritas dan kaum wanita disajikan.
Meskipun tampaknya ada sedikit kajian mengenai pekerjaan kaum miniritas dalam media massa, ada sejumlah peneliti mengenai pekerjaan kaum wanita. Para peneliti telah membandingkan pria dan wanita dalam bidang penyiaran televisi berdasarkan jenis-jenis pekerjaan, status, dan gaji.
Belajar Sosial dan Kekerasan Media dari usia sekolah menengah, kita melihat peningkatan dalam penggunaan media cetak, dan selama masa remaja, juga meningkatkan dalam penggunaan radio. Namun, selama sepuluh tahun pertama dalam hidup kita, televisi adalah media massa dominan yang menerpa anak-anak Amerika. Karena itu tidak mengherankan bahwa banyak orang mengkhawatirkan pengaruh acara kekerasan televisi terhadap anak-anak.[10]
Sejak awal tahun 1970-an terdapat lebih banyak kekerasan dalam acara-acaara akhir prkan bagi anak-anak daripada dalam acara-acara televisi prime time, dan selama bertahun-tahun kontroversi mengenai pengaruh kekerasan televisi tetap hangat. Abnayak peneliti berpendapat bahwa menonton kekerasan dalam televisi membuat anak-anak lebih agresif, dan sebagian peneliti menganggap kekerasan televisi sebagai sebab kenakalan remaja.
Suatu studi meneliti mengapa anak-anak senang menonton film-film dan acara-acara yang menangkutkan dan menegaskan apa yang dikemukakan para peneliti lain, bahwa ketegangan merupakan suatu unsur penting yang meningkatkan kesenangan. Kita semua mengenal cara-cara penciptaan ketegangan dalam film-film dan acara-acara televisi. Adegan-adegan dibuat lbih tegang, tidak hanya oleh dialig, namun juga oleh music dan simbol-simbol dan efek-efek fisual.
Zaman kita adalah zaman kekerasan. Kita tidak hanya dapat menyalahkan media massa sebagai satu-satunya sumber penyakit-penyakit sosial kita. Kita juga harus ingat bahwa komunikasi massa pada dasarnya adalah suatu ciptaan manusia dan bahwa sebagian dari pengaruhnya yang terpenting adalah tidak langsung dan kumulatif.[11]
Implikasi Teknologi Baru Komunikasi Tidaklah mudah untuk membuat suatu daftar teknologi baru komunikasi dan inovasinya. Kita sekarang mengenal telepon selular, komputer, surat elektronik, satelit videoteks, dan mesin faksimil. Pertukaran dokumen elektronikdan lalu lintas data merevolusikan komunikasi bisnis dengan memindahkan informasi dari satu komputer ke komputer lain melalui saluran telepon. Beberapa ahli memperkirakan bahwa menggunakan kabel fiber optik di rumah akan mempromosikan zaman informasi baru dengan televisi interaktifnya.
Perubahan-perubahan teknologi ini terus meningkat kecepatan komunikasi secara menakjubkan. Selain kecepatan yang lebih besar untuk mengirimkan pesan. Kita juga menyaksikan perubahan-perubahan besar dalam volume informasi yang dikirimkan, dismpan, dan diambil kembali. Williams menjelaskan bahwa teknologi baru dapat dianggap sebagai perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai perluasan indra-indra dasar dan cara-cara komunikasi kita, media baru biasanya buakan merupakan system tersendiri. Alih-alih, media baru memperluas sistem yang sudah ada.
Meskipun menggunakan komputer pribadi jauh tertinggal oleh penggunaan komputer institusional dan bisnis, perubahan dalam teknologi komputer akan memungkinkan pengguna komputer dirumah akan lebih sering lagi. Melalui faksimil, kiata dapat mengirimkan tidak hanya dokumen tertulis, tetapi juga materi visual seperti grafik, peta, dan foto. Berdasarkan suatu pemikiran, setiap tahun di Amerika Serikat sekitar satu miliar pesan dipertukarkan lewat surat elektronik.[12]
E.     Teori-teori efek
Sejarah empirik komunikasi massa diawali tahun 1930-an dengan munculnya motion picture (gambar bergerak). Sampai saat ini taksiran tentang waktu efek komunikasi massa beragam versi. Namun yang jelas , paling tidak dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas (unlimited effect), efek terbatas (limited effect), dan efek moderat (not so limited effect). Dapat dirinci seperti dibawah:
1930-1950 efek tak terbatas (unlimited effect)
1950-1970 efek terbatas (limited effect)
1970-1980 efek moderat (not-so limited effect)
Dugaan adanya efek komunikasi massa sebenarnya juga beragam, tetapi paling tidak ada sejumlah alasan yang melatarbelakanginya, yaitu:
1.      Jenis efek yang dipelajari telah berubah
2.      Metode pelajaran yang telah berubah
3.      Kondisi yang telah berubah
Sejarah awal studi tentang efek lebih cenderung melihat efek tersebut dari segi sikap dan perilaku.
1.      Efek tidak terbatas (1930-1950)
Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle). Jadi media massa diibaratkan peluru. Jika pelurunitu ditembakkan ke sasaran, sasaran tidak akan bisa menghindar. Analogi ini menunjukkan bahwa peluru mempunyai kekuatan yang luar biasa. Hal ini yang mendasari bahwa media massa mempunyai efek yang tidak terbatas. Efek ini didasarinpada asumsi-asumsi sebgai berikut:
a.       Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan.
b.      Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.
Asumsi mengapa efek tidak terbatas ini muncul bisa dikaji dari perspektif psikologi dan sosiologi. Ilmu psikologi memandang bahwa individu merupakan makhluk yang tidak rasional dan dalam perilakunya secara luas dikontrol oleh instingnya. Dan menurut imu sosiologi, masyarakat pasca industri atau yang sering disebut “masyarakat massa” (mass society) dianggap tidak melakukan hubungan antarpersona. Dalam masyarakat itu satu sama lain saling meninggalkan atau saling mengisolasi diri. Akibatnya, individu tersebut mudah terpengaruh oleh efek media massa.
2.      Efek terbatas (1956-1970)
Jhosep Klaper mengemukakan sebuah penelitian yang berbunyi “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audiance”. Dari kesimpulan penelitiannya ini berdasarkan kampanye publik yang berrsifat persuasif ditemukan bahwa media massa memiliki efek terbatas.
Jhosep Klaper juga menunjukkan temuan menarik dalam bukunya yang berjudul “The Effect of Mass Communication”(1960). Di dalamnya di katakan bahwa faktor npsikologis dan sosial juga ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini.
3.      Efek moderat (1970-1980)
Pendapat terakhir aktual tentang efek komunikasi massa adalah “efek moderat”. Dua efek sebelumnya dianggap terlalu berat sebelah.ketika zaman terus berubah dan peran komunikasi massa berkembang pesat dibarengi oleh peningkatan pendidikan masyarakat, efek komunikasi massa pun ikut berubah pula.[13]



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dalam sebuah komunikasi massa perlu kita ketahui bahwa yang namanya media massa akan mencari sasaran, yaitu audiance. Tujuan dari media massa adalah membuat audiance tertarik terhadap apa yang disuguhkan oleh media massa tersebut melalui komunikasi massa. Namun dalam komunikasi massa sendiri ada beberapa teori yang harus dilakukan supaya apa yang sudah disuguhkan media massa dapat diterima dandipahami pesannya oleh audience.
Dengan menggunakan teori-teori komunikasi massa, maka akan timbul sebuah efek dari audiance. Dari timbulnya efek audiance terhadap apa yang disuguhkan media massa akan dilihat dengan menggunakan ilmu sosiologi yang mana akan melihat perubahan sosial dan kebutuhan sosial dari informasi yang disuguhkan oleh media massa melalui komunikasi massa tersebut.
Perubahan apa yang terjadi di masyarakat terhadap informasi dari media massa  akan begitu berarti bagi media massa tersebut. Media massa menggunakan saluran komunikasi massa untuk mengetahui hal itu. Jadi antara sosiologi, dan komunikasi massa sangat berkaitan terutama dalam perunbahan perilaku dan perupahan sosial masyarakat atau audiance.



DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta; Kencana.
B. Thompson, Jonh. 2015.  Kritik Iddeologi Global.; IRCiSoD
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta;PT. Raja Grafindo Persada
Tubbs, Stewart L, Moss, Sylvia. Humman Communication. Bandung; Remaja Rosdakarya




[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencan, 2013), hlm. viii
[2] Ibid, hlm. vii
[3] Jonh B. Thompson, Kritik Iddeologi Global, (Yogyakarta:IRCiSoD, 2015), hlm. 310. 
[4]Ibid, hlm. 311.
[5]Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Humman Communication. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) , hal. 214
[6]Ibid., hal.216
[7]Ibid., hal.218
[8]Ibid., hal. 219
[9]Ibid., hal. 221
[10]Ibid., hal. 222
[11]Ibid., hal. 223-224
[12]Ibid., hal. 225
[13] Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 205




untuk penjelasan singkat bisa dilihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar