BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kajian sosiologi Komunikasi adalah perspektif yang sudah cukup lama,
namun baru akhir-akhir ini dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir Indonesia
menjadi perhatian serius karena begitu besar desakan yang melahirkan berbagai
media massa serta booming tekhnologi komunikasi yang begitu dahsyat.[1]
Karena memang di Indonesia sendiri tekhnologi komunikasi sedang berkembang
dengan pesat. Maka dalam memenuhi permintaan pasar terhadap media massa banyak
sekali pengusaha media massa untuk kepentingan politik maupun pemenuhan sebuah
komunikassi massa di Indonesia.
Dalam melahirkan banyak media massa, komunikassi sendiri banyak meminjam
ilmu lain dalam mengembangkan keilmuannya sendiri. Seperti yang kita bahas ini
adalah ilmu komunikasi meminjam ilmu sosiologi karena untuk mempermudah dalam
memenuhi kebutuhan sosial ilmu komunikasi itu sendiri. Dengan mempelajari ilmu
sosiologi terlebuh dahulu akan mempermudah kita dalam mengetahui dampak, efek, perubahan
dan keinginan masyarakat terhadap media massa yang disalurkan melalui
komunikasi massa.
Persoalan-persoalan penting dalam sosiologi komunikasi berhubungan dengan
substansi interaksi orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi
(komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan mengguanakn media
komunikasi, serta semua konskuensi yang terjadi dari seluruh proses komunikasi
tersebut.[2]
Dalam memecahkan masalah-masalah interaksi khususnya interaksi yang
menggunakan media massa perlu teori-teori maupun ilmu yang sudah lahir
sebelumnya. Yakni ilmu sosiologi dan ilmu komunikasi. Berinteraksi didalam
media massa pasti akan menimbulkan sebuah efek perubahan di dalam masyarakat,
efek perubahan itu saling berkaitan dengan saluran komunikasi massa, media
massa dan audiance. Yang akan kita bahas dalam makalah ini deng rumusan masalah
sebagai berikut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana keterkaitan komunikassi massa?
2.
Apa saja efek-efek dan hasil dari komunikasi massa?
3.
Apa saja teori komunikasi massa?
4.
Bagaimana pengaruh komunikasi massa terhadap audiance?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui keterkaitan komunikasi massa.
2. Mengetahui efek-efek dan hasil dari komunikasi massa.
3. Mengetahui teori-teori komunikasi massa.
4. Mengetahui pengaruh komunikasi massa terhadap audiance.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keterkaitan Komunikasi Massa
Komunikasi
massa telah merubah ciri interaksi sosial dan bentuk pengalaman masyarakat
modern. Ahli teori komunikasi media, Harold Innis dan Marshall McLuhan,
berpendapat bahwa media teknik yang berbeda dapat membantu menciptakan
lingkungan aksi dan interaksi yang berbeda pula. Menurut mereka, bentuk dari
media terlepas dari isi spesifik pesan yang dibawa dan memiliki dampak terhadap kehidupan
sosial. Mereka telah menyoroti kenyataan bahwa interaksi sosial dapat
dipengaruhi oleh setiap bentuk transmisi media.
Kini kita hidup di
tengah masyarakat dimana bentuk-bentuk penyebaran simbol-simbol dapat dengan
menggunakan media elektronik telah menjadi hal yang lazim dan menjadi model
transmisi budaya. Kebudayaan modern pada tingkatan lebih tinggi adalah
kebudayaan adalah sebuah kebudayaan yang dimediasi secara elektronik dan
model-model transmisi secara oral, tulisan maupun media eletronik. [3]
Beberapa cara peyebaran media teknik yang berelasi dengan kehidupan publik dan
privat adalah sebagai berikut:[4]
1.
Interaksi Melampaui Ruang Dan Waktu
Media teknik memungkinkan melalukan
interaksi dengan orang lain melampaui jarak ruang dan waktu, sekalipun sifat
informasi yang termediasi secara signifikan berbeda dari jenis interaksi yang
berada dalam situasi yang berhadap-hadapan. Kondisi tersebut memungkinkan
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam suatu jarak tertentu dan
memperkenalkan penundaan tempo dalam proses komunikasi yang ditentukan oleh
waktu yang secara fisik dibutuhkan untuk mengirim surat dari tempat asal ke
tempat tujuan.
Perkembangan media teknik komuikasi massa
memiliki konsekuensi lebih lanjut pada pembentukan interaksi sosial dalam ruang
dan waktu. Media komuniasi massa meluaskan penyediaan simbol-silmbol dalam
ruang dan waktu, hal itu terjadi dalam kondisi yang memungkinkan munculnya
jenis interaksi termediasi tertentu antara produsen dan orang yang menerimanya.
Karena itu komunikasi massa berbentuk perubahan yang fundamental antara
produksi dan resepsi bentuk-bentuk simbol, ia memungkinkan jenis-jenis
informasi tertentu melampaui ruang dan waktu yang dapat kita gambarkan dengan
kuasa interaksi termediasi. Disebut interaksi karena mencangkup individu yang
melakuka komunikai dengan orang lain. Disebut kuasa interaksi karena arus
komuniksi tersebut hanya berlangsung satu arah dan respon yang dapat diberikan
individu yang menerimanya sangan terbatas.
2.
Tindakan berjarak
Adanya media teknik memungkinkan individu
melakukan komunikasi dengan cara baru dan efektif, dan individu mulai merubah
cara komunikasinya untuk menyesuaikan dengan kesempatan yang ditawarkan oleh
adanya penyebaran media teknik. Dengan memeperhatikan bagaimna cara-cara
kerangka interaksi dirubah oleh adanya penyebaran media teknik komunikasi
massa, contah saja hanya pembatan pada media televisi. Bertindak dan
berkomunikasi dengan pemeirsa televisi merupakan kegiatan yang umumnya
merupakan pengaruh arus balik yang tidak langsung dan terus menerus baik secara
oral maupun visual.
Ketidakmenentuan interaksi ini biasanya
diselesaikan dengan beberapa strategi. Strategi
tersebut mengatur dan mengarahkan tindakan dan ucapan indiviu ketika hendak
berkomunikasi melalui televisi. Tepatnya bagaimana dan dalam tingkatan apa.
Diantaranya sifat suatu program, posisi dan status individu, serta kemungkinan
teknis dan kesempatan praktis. Setiap keberadaan media televisi memunculkan
sebuah kategori atau beberapa kategori tndakan atau beberapa kategri tindakan
yang dapat ditelevisikan. Artinya dapat
dianggap layak untuk ditransmisikan melalui televisi unruk suatu jarak ruang dan kemungkinan yang
lebih luas.
3.
Tindakan merespons orang lain yang berjarak
Sebagaimana media teknik yang memungkinkan
individu bertindak untuk orang lain yang berjarak jauh, demikian juga ia dapat
menciptakan kesempatan baru bagi individu untuk merespon orang lain yang
berjarak jauh. Dengan perkembangan media massa terutama televisi, sikap dan
lingkup tindakan responsif meningkat. Meningkat dalam artian banyak individu
yang merespon orang lain yang berjarak. Kini pesan dapat diterima oleh audiens
yang terdiri dari jutaan orang, menyebar melewati kesatuan konyeks ruang dan
waktu yan berbeda. Individu dapat bertindak dengan cara lain dalam merespon apa
yang mereka terima. Dalam komuniksi massa, kuasa interaksi tidak dapat dipantai
oleh komunikatornya. Orang yang menerima pesan dari media massa biasanya
biassanya mampu meresponn pesan yang diterimanya dengan berbagai cara, dan
ketidak leluasaan ketika melakukan tindakan responsif disebabkan oleh sifat kuasa interaksi
termediasi itu sendiri daripada kondisi tempat berlangsungnya proses penerimaan
4.
Pengaturan kegiatan penerimaan masyarakat
Penyebaran media teknik berdampak pada
aksi dan interaksi dalam berbagai hal. Dia membangun konteks yang baru dan dan
individu secara rutin terlibat dalam proses penerimaan dan pengambilan pesan
media. Aktifitas penerimaan pesan media diatur secara sosial, ruang dan waktu
dan aktifitas penerimaan secara komplekssilang meyilang dengan aktifitas
sehari-hari.
B.
Jenis-jenis efek
Keith R. Stamm dan John E. Bowes membagi
jenis-jenis efek komunikasi massa yaitu efek primer dan efek sekunder. efek
primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Efek sekunder meliputi
perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan
perilaku (menerima dan memilih).
1.
Efek primer
Untuk memahami efek dari komunikasi massa kita
akan memperjelasnya melalui suatu kasus seperti ini. Misalnya anda menelpon
teman anda untuk mengajak bermain bulutangkis pada hari jumat sore. “Efek” pertama
terjadi jika ada jawaban teman anda lewat telepon, misalnya dengan suara
“hallo”. Kemudian, anda harus yakin bahwa teman anda tersebut mendengar suara
anda dengan jelas. Lalu anda harus menyampaikanpermintaan anda agar dia dapat
mengerti maksud anda. Dan, akhirnya anda menginginkan jawaban seperti ini, “wah
dengan senang hati” dari teman tadi. Hasil dari tiga point yang pertama adalah
efek primer, sedangkan yang terakhir adalah efek sekunder komunikasi. Bahkan
ketika teman anda tersebut menjawab, “maaf, saya sangat sibuk hari ini”. Itupun
juga termasuk efek dan bisa dimasukkan dalam efek sekunder karena dalam kasus
itu ada perubahan perilaku (memilih untuk tidak mengikuti permintaan anda).
Contoh diatas dapat dijadikan ulasan untuk
mrngelompokkan dan memberi batasan mana yang termasuk primer dan mana yang
termasuk sekunder.
Ketika sebuah
pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya kadang masih sulit untuk
dimengerti. Sebagaimana komunikator dalam komunikasi antarpersona, biasanya ia
langsung mengetahui bahwa pesannya tidak bisa di mengerti. Akan tetapi di dalam
komunikasi massa sering kali komunikator tidak mengetahui apakah pesannya bisa
dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam komunikasi massa
itu sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah pesan yang
disiarkan bisa dipahami. Apalagi audiance nya menyebar atau tidak mengumpul
(heterogen). Dalam masalah yang seperti ini,sebenarnya komunikator dan
komunikasi massa sudah berusaha supaya pesan-pesan yang disampaikan bisa
dipahami audiance.
Maka, Formula menarik (readability formula)
merupakan sebuah penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah pesan-pesan
yang disampaikan oleh saluran komunikasi massa dapat dipahami oleh audiance.
Formula menarik ini dapat digunakan untuk meramalkan seberapa jauh pemahaman
audiance terhadap suatu pesan.
Selain
menggunakan formula menarik, biasanya media massa juga menggunakan market
research (penelitian pasar) yang bertujuan untuk mengetahui siapa profil
pembacanya, rubrik apa yang disenangi dll. Namun, formula ini masih sangat
terbatas. Formula ini hanya lebih banyak berurusan dengan masalah pasar, dan
dalam formula ini tidak dapat diketahui apa sebaiknya yang harus dipilih agar
pesan dapatdipahami dengan lebih baik.
Jadi, terpaan media yang mengenai audiance
menjadi salah satu bentuk efek primer. Akan lebih bagus lagi jika audiance
tersebut memperhatikan pesan-pesan media massa. Sama seperti kita memperhatikan
orang yang sedang berbicara, ketika kita memperhatikan berarti ada efek primer
yang terjadi diri kita. Ketika diradio disiarkan tentang kecelakaan beruntun di
jalan tol dan kita tertarik untuk mendengarkannya, efek primer juga melekat
pada diri kita. Bahkan jika kita memahami apa yang disiarkan media massa itu
sama saja semakin kuat efek primer terjadi.
2.
Efek sekunder
Dalam memahami
efek sekunder kita akan membahas efek kegunaan dan kepuasan (uses and
gratification). Efek ini diyakini lebih menggambarkan secara konkret realitas
yang terjadi di masyarakat. Jadi, bisa dikatakan bahwa uses and gratification
merupakan efek sekunder komunikasi massa.
Untuk melihat
pengaruh dari efek ini, Swanson (1979) berpendapat bahwa ide dasar yang
melatarbelakangi efek ini adalah “audiance” aktif di dalam media massa. Tidak
seperti efek peluru atau jarum hipodermik (yang mengatakan bahwa audiance
pasif). Dalam menikmati media massa audiance akan memilih isi media yang
menjadi tujuannya. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhnnya. Jika keinginan sudah terpenuhi melalui saluran komunikasi massa berarti
individu mencapai tingkat kepuasannya (Keith R. Stamm dan John E. Bowes, 1990)
Menurut John
R. Bitner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media
mempengaruhi audiance, tetapi juga bagaimana audiance mereaksi pesan-pesan
media yang sampai pada dirinya. Faktor interaksi yang terjadi antar individu
akan ikut memengaruhi pesan yang diterima. Ini jelas bertolak belakang dengan
asumsi efek peluru atau hipodermik.
Studi awal
mengenai efek ini dilakukan oleh Herta Herzog hampir 40 tahun yang lalu.
Setelah Herzog melakukan studi pengaruh
pendengar dan penonton opera sabun (opera soap), banyak bermunculan studi-studi
dengan memakai pendekatan kegunaan dan kepuasan yang mulai marak di
kampus-kampus. Salah satu studi yang pernah dilakukan adalah untuk melihat
pandangan dan motivasi mahasiswa pada dua wilayah yang berbeda pada sebuah
perguruan tinggi. Mahasiswa dikategorikan dalam penonton primer (primary
viewers) dan penonton sekunder (secondary viewers). Penonton primer adalah
orang yang menonton dengan maksud tertentu dan merencanakan waku dan program
tertentu apa yang akan dilihat, sedangkan penonton sekunder adalah orang-orang
yang mempunyai aktivitas lain ketika sedang menonton televisi (John R. Bitner,
1996). Dari sini, maka anda akan bisa memastikan anda berada dalam kelompok
mana, primary viewers atau secondary viewers. Namun yang jelas saluran televisi
telah menyuguhkan program acara yang bisa memuaskan penontonnya.
Masih dalam
contoh diatas, bahwa yang menikmati opera sabun sebagai alat hubungan sosial
dengan orang lain maka disebut keguanaan sosial, misalnya, mereka mendiskusikan
acara yang sama-sama telah mereka lihat.
Dalam kasus lain stamm dan kawan-kawannya (1976) melihat mengapa
orang-orang membaca surat kabar. Stamm mengamati tradisi orang-orang membaca
surat kabar. Stamm mengamati tradisi orang-orang yang awalnya bukan pelanggan
surat kabar kemudian menjadi pelanggan. Seorang pendatang disuatu kompleks
perumahan yang awalnya bukan pelanggan akan menjadi pelanggan surat kabar untuk
memenuhi kebutuhan sosial dilingkungan yang baru tersebut. Apalagi mereka yang
mempunyai sifat individualisme tinggi, semakin tinggi sifat individualisme
seseorang, kebutuhan untuk berlangganan surat kabar semakin besar. Alasannya,
mereka sudah cukup terpuaskan mengetahui banyak informasi lingkungan yang baru
dari surat kabar.
C.
Beberapa Efek Lain dan Hasil
Erat kaitannya
dengan konsep aliran pesan adalah studi tentang bagaimana media massa
menyebarkan informasi.
Difusi
Informasi
Lewat media massa, kita mempelajari inovasi,
penemuan, kecelakaan, pembunuhan, revolusi, dan bencana alam. Seberapa lama
kita mendengar peristiwa itu setelah kejadiannya dan dari sumber mana merupakan
kajian orang-orang yang tertarik pada difusi informasi yaitu, seberapa cepat berita
atau informasi yang bergerak dan lewat saluran mana untuk sampai kepada
masyarakat penerima. Dalam konteks penyebaran berita utama, yang dikutip oleh
Deutschmann dan Danielson dalam bukunya Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss yang
berjudul HUMAN COMMUNICATION yaitu,
difusi dilukiskan sebagai proses yang memungkinkan “fakta suatu berita
merembes kedalam aliran kehidupan masyarakat, menyebar melalui aliran kehidupan
tersebut, mewarnainya, mengubah coraknya, mencapai dan mempengaruhi hampir
setiap orang didalamnya.[5]
Terdapat bukti bahwa cara penyebaran informasi
akan tergantung pada pentingnya informasi tersebut. Menurut Greenberg yang
mengutip dalam bukunya Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss yang berjudul HUMAN
COMMUNICATION, bila peristiwa yang diberikan merupakan suatu krisis penting
“saluran-saluran antarpesona juga sama pentingnya seperti media massa dalam
menyebarkan informasi pertama”. Komunikasi orang ke-orang juga akan berperan
penting dalam menyebarkan informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang kurang
dikenal. Namun, bagi berita-berita yang cukup penting, medi massa akan menjadi
sumber pertama informasi yang paling luas.
Seperti yang ditekankan Wright dan pakar-pakar
lainnya, adalah penting untuk menganggap peranan komunikasi tatap muka dan
peranan komunikasi massa sebagai komplementer daripada saling meniadakan.
Kadang-kadang perjumpaan dengan seorang kawan yang mengabarkan suatu berita
baru akan mendorong seseorang untuk memantau media massa untuk mengetaui
informasi lebih jauh. Atau suatu yang anda ketahui dari suatu media massa akan
mendorong anda untuk berdiskusi dengaan seseorang yang kemudian menambah
pengetahuan anda mengenai peristiwa tersebut, karena rincian-rincian yang ia
berikan ternyata tidak dimuat artikel majalah yang anda baca atau tidak disebutkan
ringkasan berita televisi yang anda ikuti. Juga kadang-kadang kita mengalami
terpaan komunikasi massa seraya ditemani orang lain, sehingga ada interaksi
antara apa yang disampaikan media massa dan kesadaran akan respons pribadi
terhadap rangsangan komunikatif tersebut.[6]
Perdebatan
antara Kennedy dan Nixon telah terjadi fokus banyak kajian, dan ada konsensus
pendapat bahwa terpaan terhadap debatlewat media massa mempunyai sedikit
pengaruh terhadap perubahan pilihan awal. Seperti yang ditunjukkan banyak
penelitian, ketika para pemirsa ditanya tentang siapa yang “menang”, para
pendukung Kennedy cenderung melihat Kennedysebagai pemenang perdebatan,
sementara kebanyakan pendukung Nixon melihat Nixon sebagai pemenang. Kita juga
melihat contoh-contoh lain seperti dalam perdebatan presidensial.
Sebagai akibat
penyaksian perdebatan, sebagian orang lebih mengetahui isu-isu sehingga ada
perolehan informasi, namun mereka juga membentuk kesan tentang para kandidat
melalui isyarat-isyarat nonverbal mereka. Jadi tampaknya terpaan pendangan lain
lewat media massa sering sekedar memperteguh sikap atau opini awal penerima.
Banyak kajian tentang perilaku memilih untuk menegaskan kecenderungan ini.[7]
D.
Belajar Sosial lewat Model Peranan
Dalam
mempelajari perilaku baru, tidak selalu perlu bagi kita untuk menanpilkan
perilaku dan untuk diperteguh. Kita juga mempelajari respons baru dengan
sekedar mengamati respons itupada orang lain. Proses ini disebut pemodelan atau
imitasi. Pemodelan berlangsung sepanjang hidup seseorang, namun terutama selama
masa formatif kanak-kanak. Lewat media massa, anak-anak mengembangkan gagasan
mengenai berbagai pekerjaan, status, dan perolehan materi yang diperoleh
orang-orang berdasarkan pekerjaan-pekerjaan mereka.
Media massa
juga menyediakan sejumlah model peranan lain, seperti cara pendefinisian
peranan wanita oleh sebagian media massa. Tidak perlu lama dduduk di depan
televisi untuk melihat wanita mengeluh bahwa kemeja suaminya kotor atau
piring-piringnya tidak mengkilat seperti milik tetangga. Kesan umum pemirsa
adalah bahwa wanita eksis terutama dalam situasi domestik dan kepedualian
mereka berpusat terutama disekitar rumah, suami, dan anak-anak.[8]
Media massa
juga bergerak dengan perubahan sosial. Banyak majalah wanita tradisional memuat
artikel-artikel mengenai wanita yang memutuskan untuk tidak menikah atau wanita
yang mengolah rumah tangga, namun juga meniti tangga karier dan majalah-majalah
baru seperti Working Woman dan Working Mother mencerminkan
kebutuhan-kebutuhan wanita dalam tahun 1990-an.[9]
Berang kali
perubahan yang lebih signifikan daripada perubahan-perubahan tersebut dalam isi
media adalah perubahan dalam susunan penjaga gawang komunikasi massa. Data dari
FCC menunjukkan bahwa meskipun selama lebih adri lima tahun telah tersedia
semakin banyak kesempatan kerja dalam penyiaran bagi kaum wanita dan minoritas,
mereka lebih cenderung memperoleh pekerjaan tata usaha yang bergaji lebih
rendah.
Dalam suatu
penelitian tahun 1990 mengenai kaum wanita dan minoritas sebagai pembuat berita
dan koresponden jaringan, jenis-jenis berita dan orang-orang yang mereka liput,
Ziegler dan White menemukan bahwa selama 25 tahun terakhir hanya ada sedikit
kemajuan tentang bagaimana minoritas dan kaum wanita disajikan.
Meskipun
tampaknya ada sedikit kajian mengenai pekerjaan kaum miniritas dalam media
massa, ada sejumlah peneliti mengenai pekerjaan kaum wanita. Para peneliti
telah membandingkan pria dan wanita dalam bidang penyiaran televisi berdasarkan
jenis-jenis pekerjaan, status, dan gaji.
Belajar Sosial
dan Kekerasan Media dari usia sekolah menengah, kita melihat peningkatan dalam
penggunaan media cetak, dan selama masa remaja, juga meningkatkan dalam
penggunaan radio. Namun, selama sepuluh tahun pertama dalam hidup kita,
televisi adalah media massa dominan yang menerpa anak-anak Amerika. Karena itu
tidak mengherankan bahwa banyak orang mengkhawatirkan pengaruh acara kekerasan
televisi terhadap anak-anak.[10]
Sejak awal
tahun 1970-an terdapat lebih banyak kekerasan dalam acara-acaara akhir prkan
bagi anak-anak daripada dalam acara-acara televisi prime time, dan
selama bertahun-tahun kontroversi mengenai pengaruh kekerasan televisi tetap
hangat. Abnayak peneliti berpendapat bahwa menonton kekerasan dalam televisi
membuat anak-anak lebih agresif, dan sebagian peneliti menganggap kekerasan
televisi sebagai sebab kenakalan remaja.
Suatu studi
meneliti mengapa anak-anak senang menonton film-film dan acara-acara yang
menangkutkan dan menegaskan apa yang dikemukakan para peneliti lain, bahwa
ketegangan merupakan suatu unsur penting yang meningkatkan kesenangan. Kita
semua mengenal cara-cara penciptaan ketegangan dalam film-film dan acara-acara
televisi. Adegan-adegan dibuat lbih tegang, tidak hanya oleh dialig, namun juga
oleh music dan simbol-simbol dan efek-efek fisual.
Zaman kita
adalah zaman kekerasan. Kita tidak hanya dapat menyalahkan media massa sebagai
satu-satunya sumber penyakit-penyakit sosial kita. Kita juga harus ingat bahwa
komunikasi massa pada dasarnya adalah suatu ciptaan manusia dan bahwa sebagian
dari pengaruhnya yang terpenting adalah tidak langsung dan kumulatif.[11]
Implikasi
Teknologi Baru Komunikasi Tidaklah mudah untuk membuat suatu daftar teknologi
baru komunikasi dan inovasinya. Kita sekarang mengenal telepon selular,
komputer, surat elektronik, satelit videoteks, dan mesin faksimil. Pertukaran
dokumen elektronikdan lalu lintas data merevolusikan komunikasi bisnis dengan
memindahkan informasi dari satu komputer ke komputer lain melalui saluran
telepon. Beberapa ahli memperkirakan bahwa menggunakan kabel fiber optik di
rumah akan mempromosikan zaman informasi baru dengan televisi interaktifnya.
Perubahan-perubahan
teknologi ini terus meningkat kecepatan komunikasi secara menakjubkan. Selain
kecepatan yang lebih besar untuk mengirimkan pesan. Kita juga menyaksikan
perubahan-perubahan besar dalam volume informasi yang dikirimkan, dismpan, dan
diambil kembali. Williams menjelaskan bahwa teknologi baru dapat dianggap
sebagai perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai perluasan
indra-indra dasar dan cara-cara komunikasi kita, media baru biasanya buakan
merupakan system tersendiri. Alih-alih, media baru memperluas sistem yang sudah
ada.
Meskipun
menggunakan komputer pribadi jauh tertinggal oleh penggunaan komputer
institusional dan bisnis, perubahan dalam teknologi komputer akan memungkinkan
pengguna komputer dirumah akan lebih sering lagi. Melalui faksimil, kiata dapat
mengirimkan tidak hanya dokumen tertulis, tetapi juga materi visual seperti
grafik, peta, dan foto. Berdasarkan suatu pemikiran, setiap tahun di Amerika
Serikat sekitar satu miliar pesan dipertukarkan lewat surat elektronik.[12]
E.
Teori-teori efek
Sejarah empirik komunikasi massa diawali tahun 1930-an dengan
munculnya motion picture (gambar bergerak). Sampai saat ini taksiran tentang
waktu efek komunikasi massa beragam versi. Namun yang jelas , paling tidak
dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak
terbatas (unlimited effect), efek terbatas (limited effect), dan efek moderat
(not so limited effect). Dapat dirinci seperti dibawah:
1930-1950 efek tak terbatas (unlimited effect)
1950-1970 efek terbatas (limited effect)
1970-1980 efek moderat (not-so limited effect)
Dugaan adanya efek komunikasi massa sebenarnya juga beragam, tetapi
paling tidak ada sejumlah alasan yang melatarbelakanginya, yaitu:
1.
Jenis efek yang dipelajari telah berubah
2.
Metode pelajaran yang telah berubah
3.
Kondisi yang telah berubah
Sejarah awal studi tentang efek lebih cenderung melihat efek
tersebut dari segi sikap dan perilaku.
1.
Efek tidak terbatas (1930-1950)
Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru
(bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle). Jadi media massa
diibaratkan peluru. Jika pelurunitu ditembakkan ke sasaran, sasaran tidak akan
bisa menghindar. Analogi ini menunjukkan bahwa peluru mempunyai kekuatan yang
luar biasa. Hal ini yang mendasari bahwa media massa mempunyai efek yang tidak
terbatas. Efek ini didasarinpada asumsi-asumsi sebgai berikut:
a.
Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang
ditimbulkan.
b.
Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dan psikologis untuk
menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.
Asumsi mengapa
efek tidak terbatas ini muncul bisa dikaji dari perspektif psikologi dan
sosiologi. Ilmu psikologi memandang bahwa individu merupakan makhluk yang tidak
rasional dan dalam perilakunya secara luas dikontrol oleh instingnya. Dan
menurut imu sosiologi, masyarakat pasca industri atau yang sering disebut
“masyarakat massa” (mass society) dianggap tidak melakukan hubungan antarpersona.
Dalam masyarakat itu satu sama lain saling meninggalkan atau saling mengisolasi
diri. Akibatnya, individu tersebut mudah terpengaruh oleh efek media massa.
2.
Efek terbatas (1956-1970)
Jhosep Klaper mengemukakan sebuah penelitian
yang berbunyi “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya
sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audiance”. Dari kesimpulan
penelitiannya ini berdasarkan kampanye publik yang berrsifat persuasif
ditemukan bahwa media massa memiliki efek terbatas.
Jhosep Klaper juga menunjukkan temuan menarik
dalam bukunya yang berjudul “The Effect of Mass Communication”(1960). Di
dalamnya di katakan bahwa faktor npsikologis dan sosial juga ikut berpengaruh
dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara
lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin
opini.
3.
Efek moderat (1970-1980)
Pendapat terakhir aktual tentang efek
komunikasi massa adalah “efek moderat”. Dua efek sebelumnya dianggap terlalu
berat sebelah.ketika zaman terus berubah dan peran komunikasi massa berkembang
pesat dibarengi oleh peningkatan pendidikan masyarakat, efek komunikasi massa
pun ikut berubah pula.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam sebuah komunikasi massa perlu kita ketahui bahwa yang namanya
media massa akan mencari sasaran, yaitu audiance. Tujuan dari media massa
adalah membuat audiance tertarik terhadap apa yang disuguhkan oleh media massa
tersebut melalui komunikasi massa. Namun dalam komunikasi massa sendiri ada
beberapa teori yang harus dilakukan supaya apa yang sudah disuguhkan media
massa dapat diterima dandipahami pesannya oleh audience.
Dengan menggunakan teori-teori komunikasi massa, maka akan timbul
sebuah efek dari audiance. Dari timbulnya efek audiance terhadap apa yang
disuguhkan media massa akan dilihat dengan menggunakan ilmu sosiologi yang mana
akan melihat perubahan sosial dan kebutuhan sosial dari informasi yang
disuguhkan oleh media massa melalui komunikasi massa tersebut.
Perubahan apa yang terjadi di masyarakat terhadap informasi dari
media massa akan begitu berarti bagi
media massa tersebut. Media massa menggunakan saluran komunikasi massa untuk
mengetahui hal itu. Jadi antara sosiologi, dan komunikasi massa sangat
berkaitan terutama dalam perunbahan perilaku dan perupahan sosial masyarakat
atau audiance.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,
Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta; Kencana.
B. Thompson,
Jonh. 2015. Kritik Iddeologi Global.; IRCiSoD
Nurudin. 2007.
Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta;PT. Raja Grafindo Persada
Tubbs, Stewart
L, Moss, Sylvia. Humman Communication. Bandung; Remaja Rosdakarya
[3] Jonh B. Thompson, Kritik Iddeologi Global, (Yogyakarta:IRCiSoD, 2015), hlm. 310.
[5]Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Humman
Communication. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) , hal. 214
[13] Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,
(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 205
untuk penjelasan singkat bisa dilihat disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar